Jumat, 14 Juli 2017

Catatan [ku] Tentang Perjalanan Mudik : Menembus 1.500 km Lintas Tengah Sumatera

Tak terasa setelah beberapa kali KOPDAR dengan members Kaskuser Road To Sumatera akhirnya hari yang dinanti pun tiba. Yaa .. Mudik ke Batusangkar Sumatera Barat via Jalur Lintas Tengah Sumatera.


Suasana Kopdar di Taman Mini Sebelum Bulan Puasa
 


Suasana Kopdar di Taman Mini Satu Minggu Sebelum Keberangkatan

Sebanyak kurang lebih 80 members terdaftar di Grup WA RTS yang dikelola oleh Om Sonny https://azraziana.blogspot.co.id  yang akan mudik tahun 2017 ini. Keberangkatan members pun beragam mulai dari tanggal 16 sampai dengan 22 Juni 2017.

Saya dan keluarga merencanakan keberangkatan pada hari Selasa. 20 Juni 2017, ada kurang lebih 18 members yang berangkat pada tanggal tersebut. Selasa pagi kami sudah siap - siap mengemas barang termasuk mengecek semua kelengkapan kendaraan. Ini menjadi penting karena saya tidak ingin kejadian tahun kemarin terulang kembali (yang belum tahu mungkin bisa membaca artikel tahun lalu di blog ini)

Selasa, 20 Juni 2017
Waktu menunjukan pukul 20.00 WIB, Saya dan keluarga pun memulai perjalanan panjang ini dari rumah kami di Bekasi Menuju Pelabuhan Merak, melewati Tol Bekasi Barat, Tol JORR lalu menuju Tol Merak. Kami menuju titik kumpul pertama di Rest Area Km.43 untuk membeli tiket penyebarangan dan membagikan stiker kaskus dan stiker "nomor punggung" para members. Tahun ini saya mendapatkan nomor punggung 99.

Pembelian tiket penyebrangan tahun ini agak sedikit berbeda dengan tahun kemarin, tahun ini kita diharuskan mengisi formulir yang terdiri dari nama, Plat No. Kendaraan, waktu penyebrangan, serta data penumpang. Oh .. yaa siapkan pulpen karena ini sangat membantu mempercepat kita mengantri untuk memperoleh tiket penyebrangan. Harga tiket tahun ini untuk kendaraan pribadi sebesar Rp. 374.000 (gratis minuman)

Loket pembelian tiket di Rest Area KM.43

Setelah pembagian tiket, teman - teman yang lain dikomandoi oleh De Fikri meminta izin untuk berangkat terlebih dahulu ke Merak khawatir arus kendaraan semakin padat, saya yang datang agak belakangan pun akhirnya mempersilahkan De Fikri dan beberapa members untuk berangkat terlebih dahulu dan kami memutuskan berkumpul kembali di SPBU Kedua setelah Pelabuhan Bakauheuni.

Saya sendiri terkena kemacetan sekitar 100 meter menjelang keluar Tol Merak. Setelah membayar tol, saya menuju Pelabuhan Merak dan diarahkan oleh petugas ke loket khusus karena kami telah membeli tiket sebelumnya di Rest Area KM 43. Pukul 00.30 WIB saya dan keluarga memasuki area Pelabuhan Merak dan diarahkan Petugas Ke Dermaga 1.

Menunggu antrian masuk kapal


Rabu, 21 Juni 2017
Kurang lebih 2 jam menunggu di Dermaga 1, akhirnya pukul 02.30 kami pun menyebrangi Selat Sunda dengan Kapal yang dioperatori oleh ASDP, saya lupa nama kapalnya tetapi fasilitas di kapal ini bagi saya dan keluarga lebih baik dari tahun sebelumnya dan semua fasilitas ini gratis. Kami pun sahur di atas kapal ini dengan bekal yang kami persiapkan dari rumah. Seperti tahun sebelumnya, saya dan adik ipar sebagai supir kedua memutuskan untuk tidak puasa untuk menjaga stamina selama membawa kendaraan.

Pukul 06.00 WIB kami bersandar di Pelabuhan Bakauheuni. Ada perasaan "trauma" di benak saya dan istri ketika kami turun dari kapal di Bakauheuni, peristiwa satu tahun kemarin masih membekas, tapi saya meyakinkan istri dan keluarga, Insya Alloh tidak akan terjadi lagi. Kemudian saya pun segera berkoordinasi dengan members lain, ternyata kami semua terpencar. Ada yang sudah jalan duluan, ada yang masih di atas kapal (terutama rombongan De Fikri yang harus menunggu selama kurang lebih 4 jam di Dermaga 6).  Saya memutuskan untuk menunggu di SPBU Kedua setelah Pelabuhan Bakauheuni. Tapi ada daya ketika memasuki SPBU ini situasi penuh dan tidak kebagian parkir, akhirnya saya pun langsung tancap gas menuju SPBU ketiga yang jaraknya kurang lebih 6 km dari SPBU Kedua. Menurut saya, SPBU Ketiga ini sangat luas dan lebih bersih kedua SPBU sebelumnya. Istri, kakak ipar dan anak - anak pun menyempatkan diri membersihkan badan.

Suasana SPBU Ketiga



Setelah berkoodinasi dengan members lainnya, Pukul 07.00 WIB saya pun akhirnya bergegas menuju titik kumpul berikutnya di Rumah Makan Taruko II Kotabumi, butuh waktu sekitar 5 jam perjalanan untuk mencapai Kotabumi, di daerah Bandar Jaya, kendaraan kami dialihkan oleh Polantas ke jalur alternatif yang kondisi jalannya lumayan ancur. Sepanjang perjalanan di jalur alternatif nampak hilir mudik beberapa anggota Kepolisian bersenjata lengkap mengendarai motor trail, tindakan ini mungkin untuk menjaga keamanan kami para pemudik. Bravo Pak Polisi !!!

Pukul 12.00 WIB kami pun tiba di Rumah Makan Taruko II Kotabumi untuk rehat sejenak dan menunaikan ibadah sholat. Saya pun menanti kedatangan members De Fikri, Om Ady dan Om Vedri. Kami berempat akhirnya bisa berkumpul bersama di titik kumpul ini.

ki-ka : De Fikri, Om Ady, Om Vedri, Saya

Setelah dirasa cukup meluruskan badan, kami berempat pun segera melanjutkan perjalanan kami menuju titik kumpul berikutnya. Disepakati oleh kami posisi terdepan ditempati oleh Om Ady, saya kedua, Om Vedri ketiga dan De Fikri keempat. Pukul 13.00 WIB Bismillah rombangan kami pun akhirnya berangkat dari RM Taruko II Kotabumi. Disini saya sudah bergantian membawa kendaraan dengan adik ipar saya.

Baru beberapa kilo perjalanan, Om Ady meminta saya untuk memimpin rombongan. Jalur Kotabumi sampai Baturaja pun akhirnya saya yang menjadi ketua rombongan dan beberapa kali adik ipar saya selaku driver kedua melakukan manuver cepat sehingga meninggalkan rombongan, saya menjadi tidak enak hati dengan ketiga members di belakang saya. Alhamdulillah mereka pun memahaminya. Jalur Martapura - Baturaja jalan yang kami lalui banyak lobang dan bergelombang sehingga kami harus hati - hati agar tidak terkena jebakan betmen.

Pukul 17.00 WIB kami tiba di Baturaja, Om Ady dan Om Vedri meminta izin untuk beristirahat sejenak di SPBU dekat hotel BIL. Setelah berkoordinasi via WA dengan members Om Werry (beliau sudah sampai dikampung halaman karena berangkat tanggal 16 Juni) yang mengatakan masih bisa ngejar sampai jam 21.00 di Lahat, saya putuskan untuk berangkat duluan menuju Lahat. Sepanjang jalan Baturaja - Lahat banyak penduduk sekitar yang menjual duku dan durian. Istri pun tergoda akhirnya kami membeli 10 kg duku di pinggir lintas Baturaja - Lahat. Perjalanan Baturaja - Lahat sungguh eksotis, bagi yang baru pertama kali mungkin agak sedikit uji nyali karena melewati beberapa hutan dengan jalanan yang sepi.

Lintas Kota Bumi - Baturaja





Beli duku dulu ..
Menjelang Pukul 21.00 WIB kami pun tiba di Lahat dan memutuskan untuk menginap di Hotel Grand Zuri Lahat. Tarif per malam disini sebesar Rp. 550.000. Setelah menurunkan perlengkapan di kamar hotel, saya pun bergegas mencari makanan sekitaran kota Lahat bersama adik ipar saya.

Kamis, 22 Juni 2017
Pukul 07.00 WIB, kami sudah berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke Batusangkar. Hari ini giliran saya yang pegang kemudi. Selepas dari Hotel Grand Zuri Lahat, saya diarahkan oleh Satpam HOtel untuk mengambil jalan alternatif menuju Lubuk Linggau. Awalnya saya ragu, kok jalannya sepi banged, tidak ada kendaraan pemudik yang lewat. Akhirnya untuk mengatasi kegalauan hati, saya menanyakan ke penduduk jalan menuju Linggau. Jawabannya sama persis dengan yang diarahkan oleh Satpam Hotel Grand Zuri. Belakangan saya tahu dari Om Werry kalo jalan yang kami lalui adalah jalan lingkar luar Lahat sehingga tidak memasuki Kota Lahat.

Pukul 11.00 WIB, kami memasuki Kota Lubuk Linggau, suasana mudik mulai terasa karena bebarapa kali saya berpapasan dengan kendaraan para pemudik. Karena keasyikan mengemudi, saya melewatkan kesempatan mampir di Pempek Familydin (rekomendasi Om Sony) untuk membeli pempek khas Sumatera Selatan. Tanpa membuang banyak waktu saya terus melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman. Saya sangat menyukai jalan antara Lubuk Linggau sampai Soralangun, hamparan jalur lurus dan mulus sejauh kurang lebih 200 km. Pukul 14.00 WIB, kami istirahat sejenak di Muara Bungo tepatnya di Markas Brimob untuk menunaikan sholat.

Selepas istirahat, saya bergantian mengemudi dengan adik ipar saya. Inilah mungkin enaknya jika bergantian menyetir. Saya bisa tidur sejenak untuk mengusir rasa kantuk dan pegal yang mendera. Anak - anak sangat senang ketika Mamak-nya membawa kendaraan, katanya lebih kencang dari yang saya bawa.

Pukul 16.30 WIB, kami sudah memasuki gerbang masuk Provinsi Sumatera Barat, senang bukan kepalang karena sekitar 4 jam lagi kami akan tiba di kampung halaman untuk melepas kerinduan.




Sungguh disayangkan, begitu masuk Provinsi Sumatera Barat kami "disambut" oleh beberapa ruas jalan yang rusak parah, entah pengerjaan belum selesai atau bagaimana sehingga beberapa kali kami harus memperlambat laju kendaraan agar tidak terkena lubang. Saya pun sempat berkelakar di medsos dengan menuliskan status "Simpang Meo Pindah Ke Dharmasraya" Waktu magrib hampir tiba, karena sebagian dari keluarga ada yang berpuasa, kami pun berhenti sejenak untuk mencari tempat berbuka di daerah Kiliranjao. Selepas Kiliranjao kami memotong jalan melalui Sijujung sehingga tidak melewati Kota Solok.



Pukul 21.30 WIB, kami sekeluarga pun akhirnya tiba di Batusangkar Tanah Datar. Perjalanan panjang pun terbayarkan dengan senyuman Ayahanda menyambut kedatangan kami sekeluarga. Alhamdulillah.

Perkiraan Biaya Perjalanan
A. BBM Total = Rp. 790.000, dengan titik pengisian
1. KM.43 = 190.000
2. RM Taruko = 150.000
3. Lahat = 200.000
4. Muaro Bungo = 250.000
Sampai di rumah masih tersisa 1/2 tangki.

B. Penyebrangan Merak - Bakauheuni = Rp. 374.000

C. Hotel Grand Zuri Lahat = Rp. 550.000

D. Makan, dll = Rp. 300.000

Total = Rp. 2.014.000

Catatan perjalanan balik ke Bekasi menyusul ...







2 komentar:

  1. Alhamdulillah muncul juga catatan mudik nya yang komplet om Fendi!!! Sangat menarik untuk dibaca jadinya saya kepengen juga mudik lagi walaupun bukan kampung saya tapi kampung istri

    BalasHapus
  2. Makasih Om Yoyo... Ayo tahun depan. InsyaAllah

    BalasHapus