Selasa, 23 Oktober 2018

Coretan [Ku] Tentang Sepakbola : Akhirnya Bima !!!


 Drama siapa pelatih Timnas Indonesia di AFF 2018 akhirnya terjawab sudah. Berdasarkan rapat Komite Eksekutif PSSI, Minggu 21 Oktober 2018. Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono mengumumkan Bima Sakti Tukiman resmi menjabat sebagai Pelatih Timnas Indonesia. Penyataan ini berbanding terbalik dengan apa yang disampaikan oleh Ketua Umum PSSI, Edy Rahmayadi.

Sontak pengumuman ini mengundang pro dan kontra di kalangan pencinta sepakbola tanah air. Hal ini bisa dimaklumi karena sebelumnya pengurus PSSI masih "menjanjikan" bahwa Luis Milla bakal kembali menukangi kembali Timnas.

Saya tidak terlalu mengenal dekat Bima Sakti, hanya beberapa kali bertemu ketika Timnas melakukan 3 kali ujicoba di Stadion Wibawa Mukti Cikarang Kabupaten Bekasi. Sosoknya ramah dan bersahabat. Berikut sedikit tentang perjalanan karir Bima Sakti yang saya rangkum dari berbagai sumber :

Mengawali karier sepak bola di Balikpapan, Bima Sakti ternyata pernah ditolak saat mencoba masuk Persiba Junior. Bima akhirnya berhasil menembus PON Kalimantan Timur pada 1989, dua tahun kemudian dia masuk ke Persisam Samarinda U-15.

Karier profesional Bima Sakti kian menanjak, terbukti dia menjadi salah satu anggota tim Primavera yang berlaga di Italia pada 1993. Berbagai prestasi diukir oleh Bima Sakti sebagai pemain sepak bola. Menginjak usia 19 tahun, pada 1995 Bima dikontrak oleh klub asal Swedia, Helsingborg, yang juga merupakan klub sepak bola besar di negara tersebut.  

Sejak melakoni debutnya di timnas pada tahun 1995 di usia 19 tahun, Bima sudah meraih total 58 caps dengan mencetak 12 gol. Setelah itu, sosoknya selalu menjadi andalan timnas Indonesia pada periode 1995-2001, dia juga menjabat sebagai kapten tim.

Pada level klub Bima menjadi bagian dari dream team PSM Makassar yang sukses meraih gelar juara Liga Indonesia musim 1999/2000. Bima Sakti akhirnya memutuskan pensiun sebagai pemain sepak bola di klub yang pernah menolaknya, Persiba Balikpapan.

Tidak lama setelah itu, Bima kemudian menjadi asisten Luis Milla di timnas Indonesia dan mengawali debut sebagai pelatih pada laga persahabatan.

Di balik semua pro kontra penunjukannya sebagai Pelatih Timnas, saya rasa penunjukan Bima Sakti merupakan opsi terbaik dibandingkan dengan menunjuk pelatih baru yang lain. Bima tahu cara bermain, tahu metodologi melatih, kenal para pemainnya. Jadi, sebenarnya dengan adanya Bima, nilai positifnya adalah di komunikasi. Bima Sakti biar bagaimana pun adalah asisten pelatih selama Luis Milla menukangi Timnas, sehingga sedikit banyak menguasai modul latihan dan skema bermain ala Luis Milla. Pemain pun tidak perlu beradaptasi lagi dengan taktik permainan. 

Penunjukan Bima sekaligus membawa dirinya mengukir rekor baru, dimana ia menjadi orang Indonesia pertama yang pernah mencicipi Piala AFF sebagai pemain dan pelatih. Bima kemungkinan besar akan didampingi dua rekannya semasa bermain di Primavera yaitu Kurniawan Dwi Yulianto dan Kurnia Sandy. Ketiganya sudah berkolaborasi sejak tiga partai ujicoba melawan Mauritius, Mynmar dan Hongkong. Dengan hasil 2 kemenangan dan 1 imbang.


"Terima kasih kepada PSSI yang telah memberikan kepercayaan kepada saya sebagai pelatih Timnas Indonesia. Awal November mendatang kami akan kembali melakukan pemusatan latihan jelang berlaga di Piala AFF 2018," ujar Bima.

Patut ditunggu kolaborasi ketiganya mengarungi AFF 2018, berat memang tapi sebelum pluit terakhir dibunyikan wasit, segala sesuatu bisa terjadi. Menang, seri atau kalah adalah biasa dalam sepakbola, dukungan dan doa kita mudah - mudahan bisa membantu ikhtiar mereka dan para pemain di lapangan membawa Indonesia Juara AFF untuk pertama kalinya. Aamiin .. Semoga !!!

Selamat bertugas Coach, bawa Garuda terbang tinggi.  



Kamis, 11 Oktober 2018

Coretan [Ku] Tentang Sebuah Janji : Pertemuan Aluna & Andritany

Sebagai fans Persija, My Little Daugther Aluna sangat mengidolai dua dari seluruh skuad Persija musim ini. Kedua pemain itu adalah Andritany Ardhiyasa dan Riko Simanjuntak. Semenjak menyaksikan partai persahabatan antara Persija vs Selangor, Aluna mengutarakan keinginan untuk bisa bertemu dengan keduanya kepada saya.

"Abi, Luna bisa ngga ketemu sama Andritany dan Riko terus foto bareng ?"
"Insya Alloh ya, kalau ada kesempatan pasti bisa."
"Bener ya Bi !!"
"Ya .."


Rabu 10 Oktober 2018, akhirnya saya tuntaskan janji itu kepadanya. Atas budi baik My Big Brother Kurnia Sandy, kami merancang pertemuan itu. Kebetulan, Timnas Senior sedang melakukan ujicoba melawan Myanmar di Stadion Wibawa Mukti Kabupaten Bekas sehingga kami putuskan untuk bertemu di hotel tempat Timnas menginap.


Begitu sumringahnya Aluna bertemu dengan Andritany. Aluna memberikan sebuah kenang - kenangan kepada pemain idolanya dan dibalas dengan foto bersama plus ucapan penyemangat di kertas yang sudah saya siapkan.

Janji itu akhirnya tertunaikan.  Selembar tulisan tangan dari Andritany semoga menjadi penyemangat Aluna dalam melangkah menuju masa depannya. Terima kasih Coach Kurnia Sandy dan Mas Andritany Ardhiyasa.




Senin, 08 Oktober 2018

Coretan [Ku] Tentang Film Liam & Laila : Cinta, Adat & Agama - Napak Tilas

Kurang lebih seminggu yang lalu, saya melihat trailer film Liam & Laila. Yang membuat saya tertarik dengan film ini karena ceritanya mengangkat Budaya Minangkabau. Wah .. wajib nonton nih. Setelah beberapa kali lihat jam tayang film ini di 21cineplex, akhirnya minggu malam saya dan keluarga nonton film ini.

Alur ceritanya gimana ? Nah ini sinopsis yang saya dapat dari hasil googling

"Menjunjung tinggi kebudayaan, merupakan bagian dari keluarga besar Laila. Apalagi, Laila berasal dari Sumatera Barat yang dikenal selalu mampu mewariskan budayanya turun-temurun.
Salah satunya adalah tradisi menikah. Laila siap “dilangkahi” oleh adiknya Pian (Praz Teguh) yang akan segera menikah. Nah, karena keluarga Laila masih menjunjung tinggi budaya, Pian belum bisa menikah sebelum kakanya, Laila yang menikah.
Meskipun begitu, ada seseorang yang menyukai Laila. Namanya adalah Liam (Jonatan Cerrada). Berkenalan dengan Laila melalui media sosial Facebook, Liam kemudian pelan-pelan jauth hati pada Laila.
Untuk membuktikan kesungguhannya Liam bahkan rela menjadi seorang muslim dan mulai serius mempelajari Islam. Sayangnya, sudut pandang keluarga besar Laila masih mengatakan “tidak” untuk Liam.
Salah satunya adalah permasalahan perbedaan kebudayaan. Namun, Liam tidak menyerah. Apalagi Liam mendapatkan bantuan dari Jamil (David Chalik), yang secara pelan-pelan mengajar Liam tentang Islam bahkan menuruhnya untuk disunat.
Meski Liam mempelajari Islam, mampukah ia menyatukan cintanya dengan Laila?"

Trus, akhirnya bagaimana ? kalau yang ini silahkanlah teman - teman nonton langsung, kalau ada teman - teman yang berasal dari Minangkabau pasti jadi taragak pulang. Yang menarik hampir 75 % dialog di film ini menggunakan bahasa Minang, wah bingung donk ?? Hehehe .... jangan khawatir ada terjemahannya kok.

Menonton film ini seperti menapaktilasi "perjuangan" saya ketika akan mempersunting Gadis Minang yang kini menjadi Emak dari anak saya Aluna. Saya yang sunda tulen merasakan  bagaimana susahnya "menyakinkan" keluarga besarnya. Butuh waktu 3 tahun sampai akhirnya restu ini kami dapatkan.

Itulah istimewanya Orang Minang, salah satu suku yang masih memegang erat agama dan tradisi dalam memutuskan sesuatu, semua kembali ke keluarga besarnya. Alhamdulillah proses itu sudah pernah saya alami.

Oh ya .. bonusnya saya dan keluarga nonton film ini adalah bertemu dengan para pemain, sutradara dan produsernya. Wuih .. ngga salah pilih jadwal nonton.






Ditengah maraknya film horor dan film percintaan remaja yang ceritanya kadang membuat kita mengelus dada. Film Liam dan Laila menjadi sebuah oase, film yang menurut saya layak untuk ditonton bareng keluarga.

Senin, 24 September 2018

Coretan [Ku] Tentang Aluna : Stop Atau Kita Pulang !

Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi menjadi saksi pertama kali Luna menyaksikan Persija, tim kesayangannya bermain. Tribune VIP Barat menjadi saksi keceriannya, kegembiraannya dan ketakjubannya sebagai seorang suporter. Berbaur bersama dengan suporter yang lainnya. Walaupun hanya sebatas pertandingan persahabatan tapi antusias pendukung Persija begitu tinggi. Kapasitas 28.000 kursi full terisi sementara di luar stadion masih banyak pendukung yang ingin masuk tapi tak kebagian tiket.

Cerita keseruan dan sedikit pengalaman tak mengenakan bisa dibaca di sini http://fendi1980.blogspot.com/2018/09/coretan-ku-tentang-aluna-antara-persib.html

Namanya sebuah pertandingan yang ditonton oleh puluhan ribu penonton tentu suasana riuh begitu terasa. Tak jarang umpatan - umpatan kepada pemain lawan dilontarkan sebagai psywar. 

Rupanya Luna terbawa suasana riuhnya suporter. Sehingga tak sengaja saya dengar dia mengumpat, bukan kata - kata yang kasar tapi agak ngga pas dilontarkan oleh seorang anak berusia 9 tahun.

Saya panggil dia duduk, lalu saya bilang, "Luna, ngga boleh bilang kayak gitu, ngga sopan !"

"Itu yang lain boleh teriak - teriak kayak gitu malah ada yang bilang (maaf ya Bi) Anj##g !"

"Itu orang lain, Abi ngga punya hak untuk menegur dan ngga punya kewajiban buat nasehatin. Tapi Luna Anak Abi, ada hak dan kewajiban Abi negur dan nasehatin Luna, mengerti Nak ?"

"Emang kenapa ngga boleh ?"

"Ngga sopan teriak seperti itu, kasih dukungan yang menyemangati tim Luna, bukan dengan memaki - maki, Luna bisa ?"

"Kalau Luna ngga bisa kita stop lalu pulang !"

"Bisa .. Ya udah Luna moto - moto aja, pinjam kamera Abi."


Akhirnya saya beri pinjam kamera yang saya bawa dan membiarkan Luna memotret objek - objek sekehendak hatinya.

Bagi saya pribadi, chat - chat rasis, umpatan dan makian seminimal mungkin dihindari. Di stadion bukan hanya laki - laki dewasa saja yang menonton tapi banyak anak kecil dan remaja di bawah umur yang akan merekam chat - chat itu dan ke depannya menjadi sebuah kebiasaan. Ingat sifat anak - anak itu mudah sekali meniru.

Video tentang seorang pendukung Persija yang meninggal di GLBA membuat saya miris, bagaimana tidak, ada anak kecil yang memukulkan balok ke badan korban. Mereka berani melakukan itu karena apa ? Karena ada yang mencontohkan, lalu mereka tiru agar [mungkin] bisa disebut Jagoan.

Saya tidak ada maksud untuk menyudutkan siapapun hanya mengajak kepada semua elemen suporter, hentikan semua bentuk kekerasan, nyawa terlalu mahal untuk ditukar dengan apapun. Tidak boleh kita mati demi sepakbola, kalaupun kita beda dalam urusan dukung mendukung klub tapi yakinlah kita adalah saudara di bawah tiang bendera .. INDONESIA !!

Mari kita renungkan 
Lalu kita bertanya 
Benarkah kita manusia 
Benarkah ber Tuhan 
Katakan aku cinta kau
Pada tanah yang sama 
Kita berdiri 
Pada air yang sama
Kita berjanji
Karena darah yang sama
Jangan bertengkar
Karena tulang yang sama
Usah berpencar ... INDONESIA
(Dibawah Tiang Bendera - Iwan Fals, Frangky, Ian Antono)






Coretan [Ku] Tentang Aluna : Sepakbola Hanyalah Permainan Nak !





Semenjak Anak saya Aluna menyukai Persija, disitulah saya sebagai Bobotoh Persib mulai berjiwa besar.

Keinginannya menonton Persija bermain langsung saya iyakan walaupun dengan perasaan was was.

Marahkah saya ? Bencikah saya dengan pilihannya ? Tidak !!! Karena saya anggap Sepakbola hanyalah sebuah permainan yang justru harus kita nikmati drama di lapangannya bukan drama di luar lapangan. Apalagi sampai dijadikan ajang saling membunuh.

Seminggu sebelum Persib vs Persija main, Luna sempat bilang ingin nonton ke Bandung. Saya hanya tertawa sambil menjelaskan bahwa Pendukung Persija dilarang datang ke Bandung untuk mengantisipasi kerusuhan.

Dia lalu bertanya kok rusuh ? Kok berantem ? Kita kan cuma pengin nonton bola bukan berantem ?

Pertanyaanmu terlalu polos Nak, diluar sana banyak orang yang masih menyimpan bara dendam. Semoga kau tetap menjadi Pendukung yang benar benar mendukung bukan merusak bukan menghina. Ingat Nak ... Sepakbola hanyalah permainan bukan ajang menebar kebencian.

Selepas Magrib kau sedih karena Persijamu kalah, malam ini Bapakmu lebih sedih ketika mendengar kematian seorang suporter.

Rek neupi iraha ????
#TurutBerduka

Jumat, 14 September 2018

Coretan [Ku] Tentang Cerpen : Titipan Ini Ikhlas Ku Kembalikan

Boom .. nemu cerpen yang pernah saya tulis awal 2010 (kalau ngga salah). 
Moga Berkenan
 
 
Titipan Ini Ikhlas Ku Kembalikan

Tak terasa hari telah menjelang malam, matahari sebentar lagi kan pulang digantikan rembulan yang temani sang malam. Lelah sekali tubuh ini, seharian menyusuri jalan, punguti kardus, koran, gelas bekas air mineral atau apapun yang bisa kujadikan uang. Tak seberapa memang, tapi yang penting keluargaku tidak mengemis dan kelaparan.


"Allahu Akbar ... Allahu Akbar ....."
Sayup terdengar suara adzan pertanda magrib datang menjelang, bergegas ku percepat langkah menuju mushala di ujung jalan. Ah, sangkala menyelinap waktunya memohon pengharapan dan pertolongan pemilik alam semesta ini. Yang Maha Kaya, Yang Maha Besar.

Kubuka bungkusan koran berisikan pakaian yang dirapihkan Nur, istriku. Wanita yang selalu setia menemani setiap hembusan nafasku, menemaniku dalam kemiskinan, menemaniku dalam kesengsaraan. Dialah intanku. Alhamdulillah Ya Rabb, Kau anugerahkan sosok sesempurna Nur yang mengerti akan kesulitan- kesulitan hidup yang setia menemani hari - hari kami.

Butiran - butiran air wudhu membasahi mulutku, hidungku,wajahku, tanganku, kepalaku,telingaku, kakiku... "Allahu Akbar ....."

Selepas magrib,kupanjatkan doa, memohon ampun, mengharap belas kasihNya, Ya Rabb... angkat aku dari kemiskinan, aku tak minta jadi kaya tapi aku hanya minta penghidupan yang layak, rizki yang cukup agar aku bisa membahagiakan Nur dan Nissa, buah hatiku yang selalu kujadikan semangat kala raga lelah menelusuri jalan - jalan berdebu ini.

Kulihat isi gerobakku, tak sebanyak biasanya. Mungkin karena jumlah pemulung yang semakin banyak sehingga makin hari semakin berkurang jumlah barang yang bisa kuambil dijalanan. Tapi ini adalah rezeki yang Allah SWT berikan kepadaku hari ini. Dia yang maha mengetahui kebutuhan hambaNya. Aku pun hanya bisa berucap ALHAMDULILLAH.

Kutarik gerobak ini, rinduku yang memuncak kepada Nissa membuatku bergegas pulang ke gubuk reot itu. Hanya tinggal seratusan meter lagi aku akan tiba diistana kecilku. Sesampainya ku didepan pintu.

"Kang .... Kang, cepat kang, Nissa ...." teriak istriku dan kulihat air matanya menetes sekilas raut wajahnya dipenuhi kepanikan.

"Tenang Nur ..... tenang ..... Nissa kenapa? Ada apa ?" tanyaku kepadanya.

"Nissa ... Kang, dari tadi siang panasnya tidak turun - turun, sudah ku kompres  tapi tetap saja tidak turun. Aku khawatir Kang." Sambil terus mengusap - usap rambut Nissa, Nur menjelaskan kondisi bidadari kecil kami.

"Ayo, kita bawa ke rumah sakit ..." ajakku.

"Tapi Kang, kita hanya punya sedikit uang, mau di bayar pakai apa rumah sakit itu?" tutur istriku.

"Kita bawa dulu, yang penting panasnya Nissa bisa turun, ayo lekas Nur !" aku yang mulai panik segera menyuruh Nur bergegas.

Kuturunkan semua isi gerobakku dan kutaruh tubuh mungil Nissa diatas gerobak, kuselimuti dengan kain sarung.Secepat mungkin kutarik gerobak ini sementara Nur mendorongnya dari belakang. Alhamdulillah jarak gubuk kami dengan rumah sakit hanya sekitar 2 km, tak terlalu jauh pikirku.

"Ya Rabb ! sehatkan anakku ... sembuhkan anakku .." pintaku memohon padaNya.

"Mba ........ tolong anak saya Mba, tolong......" pintaku lirih pada perawat di rumah sakit itu.

"Kita bawa ke UGD dulu Pak." perintah perawat tergesa.

Dokter itu sesaat memeriksa tubuh mungil Nissa. Kulihat Nissa seperti menahan sakit yang sangat. Ya Rabb, pindahkan rasa sakit itu kepadaku !

"Sepertinya anak bapak terkena deman berdarah tapi untuk kepastian diagnosanya harus dilakukan tes darah. Silahkan bapak menghubungi petugas kami di meja depan." tutur dokter bertubuh tegap itu kepadaku. Bergegas ku langkahkan kaki menuju meja pelayanan didepan, kusuruh Nur tuk menunggui Nissa di UGD.

"Begini pak, menurut dokter anak bapak harus dites darah untuk mengetahui jenis penyakitnya dan biasanya pasien dengan kondisi seperti itu harus dirawat inap untuk menjaga agar kondisinya tidak semakin drop." jelas petugas rumah sakit itu kepadaku.

"e... harus di rawat inap Mba ?" aku yang mulai panik bertanya kembali padanya.

"Ya pak, dan untuk itu, sesuai dengan peraturan rumah sakit ini, Bapak harus mendepositkan uang sebesar dua juta rupiah sebagai syarat untuk rawat inap." tuturnya sejurus kemudian.

"Dua juta ?? sebesar itukah Mba ? Saya hanya bawa uang tiga puluh ribu, bagaimana Mba ?" sambil kukeluarkan uang recehan dikantongku hasil simpanan Nur seminggu ini.

"Benar pak ! Itu sudah merupakan peraturan dirumah sakit ini. Atau bapak punya Askeskin ? Itu mungkin bisa membantu Bapak." kata petugas itu mencoba memberiku solusi.

"Maaf Mba, entah kenapa nama saya tidak terdaftar sebagai penerimaAskeskin. Padahal saya ini orang miskin, sementara orang yang mampu disekitar rumah saya malah terdaftar namanya sebagai penerima Askeskin. Gimana Mba, saya minta tolong diberikan keringanan. Saya mohon Mba .... " Aku seperti bersimpuh memohon belas kasihnya.

Padahal dalam hidupku pantang aku memohon selain kepada Allah SWT.

"Maaf pak, tidak bisa. Ini sudah menjadi peraturan rumah sakit ini. Saya hanya menjalani tugas saja. Sekali lagi saya minta maaf." tuturnya dengan ramah kepadaku.

"Tapi Mba ... saya benar - benar hanya punya segini, tolong anak saya Mba ... tolong .... saya mohon kebijaksanaan Mba."pintaku lirih.

"Baik Pak, Saya coba hubungi manajemen dulu karena saya tidak mempunyai wewenang. Mudah - mudahan ada jalan keluar pak." katanya mencoba membantuku. Sesaat kemudian dia terlibat pembicaraan ditelpon dengan manajemen rumah sakit itu. Aku hanya bisa berdoa semoga ada jalan keluar terbaik buat Nissa.

Kulihat dari kejauhan, tampak Nur memejamkan mata dan kulihat mulutnya berkomat - kamit memanjatkan doa.

"Maafkan saya Pak, peraturan rumah sakit ini memang begitu. Jika bapak tidak bisa membayar deposit sebesar dua juta rupiah, dengan berat hati anak bapak tidak bisa dirawat disini. Maaf pak," dengan berat hati petugas tersebut menerangkan kepadaku.

Aku hanya bisa membisu, aku coba mengerti tapi tak mengerti, "Ya ... Rabb, tolong hamba, sembuhkan anak hamba." Sekali lagi aku memohon kepadaNya berharap keajaibanNya.

Kuhampiri Nur, kuangkat Nissa dan kubopong di dadaku.

"Panasnya badanmu Nak, maafkan Bapak tak bisa membiayaimu di rumah sakit ini. Kita pulang Nak, nanti Bapak kompres pakai air dingin ya dirumah. Sabar ya Nak, tabah, kamu pasti sembuh, tadi Bapak sudah minta ke Allah agar kamu sembuh." bisikku ke telinga Nissa, entah dia mengerti atau tidak dengan apa yang kubisikan.

"Gimana Kang, kok dibawa keluar ruangan ?" tanyaNur kebingungan.

"Kita bawa pulang Nissa, rumah sakit menolak karena kita tak bisa mendepositkan uang sebesar dua juta dan kita juga tak punya Askeskin." jawabku kepadanya.

"Tapi ... kang .... panasnya belum turun."

"Kita tawakal saja memohon padaNya.Yuk, kita pulang." ajakku pada Nur.

Kutaruh kembali Nissa di gerobak dan kuselimuti dengan kain. Kubawa ia pulang dan gerimis pun mulai menyapa malam diiringi sayup adzan Isya dikejauhan. Aku berlari secepat mungkin agar Nissa tidak kehujanan. Kutinggal Nur dibelakang karena ia tidak bisa mengimbangiku dalam berlari. Bagiku yang penting kami cepat tiba dirumah.

Kubuka pintu rumah, dan kubopong Nissa dari gerobakku.

"Nak, kita dah sampai dirumah, bangun Nak .... Bapak kompres ya ...." Aku mulai terbata untuk berbicara karena tubuh Nissa yang tadinya panas berubah menjadi dingin. Tampak senyum manis bibirnya mengembang.

"Nak .... baa..nggun.... nak ...." kugoncangkan tubuhnya tapi Nissa tetap tidur seolah tak menggubris ucapanku.

"Nak bangun, Nissa .... ayo Nak bangun ....."

Jangan - jangan Nissa ....., kutepis anggapan itu tapi Nissa tetap terbujur, kusentuh bawah hidupnya ... Ya Allah nafasnya terhenti. Seketika kepanikan menjalar ke seluruh tubuh.

"Nur .... Nur .... cepat kemari !!!" Kulihat Nur yang baru tiba didepan rumah dengan nafas tersengal.

"Ada apa Kang ?" tanyanya.

"Nissa tak mau bangun, tubuhnya dingin, mukanya pucat,nafasnya terhenti, jangan - jangan ia ....... cepat Nur, kau lihat kondisinya ! " Pintaku pada Nur.

Bergegas Nur menghampiri Nissa yang masih ku gendong. Diraihnya Nissa dipelukanku sesaat kemudian dibelainya buah hatiku itu.

"Nissa, ini ummi Nak, bangun ... bangun... Nak." Nur coba membangunkannya namun Nissa bergeming tak bergerak sedikitpun.

"Nissaaaa ....Ya Allah ... Innalillahi wa inna ilahi rajiun ...." teriak Nur memecah kepanikanku.

"Jangan kau berkata seperti itu Nur, Nissa masih hidup, dia belum mati !!!" bentakku kepadanya.

"Sadar kang, ... Nissa sudah meninggal ..." tuturnya coba menyakinkah aku.

Kusentuh Nissa, kugendong, kuguncang - guncang tubuh mungilnya. Aku tidak percaya, buah hatiku tiada.

"Nissa, ini Bapak ... Nak, bangun ... bangun ..." coba terus membangunkannya tapi sia - sia, tubuhnya tetap terbujur kaku.

"Ya Allah, mengapa kau ambil anakku, mengapa kau timpakan kemiskinan kepadaku sehingga aku tak mampu membayar rumah sakit. Hei .. Allah !! setiap waktu aku penuhi panggilanMu, setiap malam aku bersimpuh menghadapMu, memohon semua kebaikanMu, tapi apa yang kudapatkan .... kemiskinan, kemelaratan dan sekarang Kau ambil hartaku yang paling berharga ini !!! Kau ambil anakku, dimana Kau yang katanya Maha Pengasih dan Penyayang ? ... Dimana Kau yang katanya Maha Adil ? sementara orang - orang kaya yang korupsi yang suka manipulasi Kau berikan hidup bergelimpangan sementara aku yang selalu memujaMu kau timpakan kemalangan ... Dimana Engkau Ya Allah ..... "

Plak.... tamparan Nur mendarat dipipi kananku, keras sekali, inilah pertama kali ia menamparku, ingin kubalas tapi ...

"Kang, sadar Kang, Istigfar ... aku tak mau punya suami yang mendurhakai Allah, dimana akang yang selama ini aku kenal ketaqwaannya, aku kenal keikhlasannya, aku kenal kesabarannya ? Mengapa kini akang memaki Allah seakan Allah tidak adil kepada kita ... Istigfar Kang... Mohon ampun ... Ini yang terbaik buat Nissa, Allah sayang sama Nissa, oleh sebab itu Allah memanggilnya diusia yang belum tercampuri dosa. Sadar Kang, aku mohon ....." tuturnya setengah marah kepadaku.

Aku yang setengah sadar, rasanya ingin menangis, tersungkur ...

"Ingat Kang, Nissa itu bukan milik kita, dia hanya titipan dari Allah, kita tak punya hak untuk memilikinya, dan kini Allah mengambil titipanNya. Sadar ... Kang, Ikhlas ... aku mohon, jangan akang bebani hidup akang dengan dosa ...." Kulihat air mata Nur mengalir deras, seakan tak rela aku memaki Allah.

Aku bersujud, memohon ampunanNya, "Astagfirullah .. Astagfirullah ... Ya Rabb maafkan hamba, ampuni hamba telah memakiMu, telah berprasangka buruk kepadaMu....ampuni hamba ya Rabb...hamba mohon" berucap kulirih menyesal atas apa yang telah kuucapkan.

"Kang, ayo kita urus Nissa ... kasihan jika terlalu lama kita diamkan." Nur mengulurkan tangannya dan mengangkat aku dari posisi sujudku.

"Ya Rabb ... terima Nissa disisiMu ... Ya Rabb .. titipan ini Ikhlas kukembalikan...." ucapku lirih.
 
Selamat jalan Nak, Maafkan Bapak tidak bisa membahagiakanmu selama ini

Kamis, 13 September 2018

Coretan [Ku] Tentang Impian : Tanamkan, Wujudkan !!

Setiap orang pasti punya impian, punya keinginan. Kalau kata Iwan Fals, keinginan itu sumber penderitaan, tempatnya di dalam pikiran. Kalau dimaknai ya bener lah. Selama keinginan itu belum terwujud pasti menjadi sumber penderitaan menjadi sumber pikiran.

Bagaimana agar tidak menjadi sumber penderitaan ? Ya kita wujudkan. Minimal kita harus ikhtiar karena ikhtiar atau berproses adalah hal yang utama. Masalah impian itu terwujud atau tidak itu haknya Gusti Alloh. Pepatah lawas mengatakan "Manusia Itu Berencana, Tuhan Yang Menentukan."

Impian Pertama : Ketemuan, Foto dan Nyanyi Bareng Iwan Fals

Saya jadi ingat ketika duduk di kelas 3 SMP, sekitar tahun 1995. Waktu itu saya suka bawa gitar ke sekolah dan lagu yang selalu saya mainkan hanya lagu Iwan Fals sedangkan teman - teman saya jago mainin lagu Nirvana, Bon Jovi dan lagu lagu hits MTV.

Teman sebangku saya, sebut saja namanya Maing. Pernah nanya kenapa saya selalu bawain lagu itu - itu aja. Iwan Fals lagi Iwan Fals lagi. Saya bilang cuma itu yang saya bisa dan saya memang ngefans sama Iwan Fals. 

"Memang kenapa suka sama Iwan Fals, Fen ?" tanyanya

"Suka aja, lagunya beda sama lagu yang ada, Ngga melulu bahas cinta tapi bahas ketidakadilan yang ada di sekitar kita. Gue punya cita cita ketemu Iwan Fals, foto bareng plus nyanyi bareng. Dia pegang gitar gue nyanyi."

"Ah, mimpi lu kejauhan Fen !" balasnya

"Ya .. namanya juga mimpi, siapa tau bisa terwujud." jawab saya.

Siapa sangka impian itu terwujud 4 tahun kemudian di tahun 1999. Saya akhirnya bisa ketemu sama Iwan Fals. Tidak cukup sampai disitu, 10 tahun kemudian tahun 2005 saya akhirnya bisa nyanyi bareng sama Iwan Fals dimana beliau main gitar dan saya nyanyi.


Tahun 2010 ketika acara Reuni SMP, saya hampiri Maing dan berkata padanya, "Ing .. inget kan gue tahun 1995 pernah ngomong sama lu, pengen ketemu sama Iwan Fals, foto bareng dan nyanyi bareng ?"

"Ya .. gue inget .. gokil lu .. terwujud juga !" katanya.

Impian Kedua : Umrah Bersama Keluarga

Siapa yang tak ingin berkunjung ke Tanah Suci ? Saya rasa semua Umat Islam bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia punya impian pergi ke Tanah Suci baik pada musim Haji atau menunaikan Ibadah Umrah.

Di awal nikah, sekitar tahun 2006 saya sempat berjanji sama Istri. Suatu saat nanti, tempat pertama di luar negeri yang akan kita kunjungi bersama adalah Tanah Suci, bukan Malaysia, Singapura ataupun Eropa. 

Awal 2016, 9 tahun perjalanan biduk rumah tangga. Alhamdulillah berkat Rahmat Allah SWT, impian itu terwujud. Bukan hanya kami berdua tapi berempat bersama anak dan Ibu saya. 

Kalau hanya mengandalkan lembaran gaji bulanan tentu tak akan sanggup secara hitungan matematis. Tapi hidup bukan sekedar hitungan angka - angka. 


Impian Ketiga : Bertemu dengan Kiper dan Stiker Idola
 
Seperti yang sudah saya tuliskan di coretan sebelumnya, momen pertemuan saya dengan Kurnia Sandy, Legenda Kiper Timnas Indonesia. Impian yang terwujud setelah hampir 20 tahun saya pendam.

Momen yang sampai hari ini saya belum bisa move on berapa bersahabat dan ramahnya Kurnia Sandy. 

Berbarengan dengan momen itu dan atas bantuan Mas Sandy, saya juga bisa bertemu dengan salah satu Legenda Penyerang Indonesia yang kebetulan satu marga dengan saya .. Kurniawan Dwi Julianto. Ibarat pepatah, satu dua dayung, empat pulau terlampaui.



Impian Terbesar

Banyak impian impian yang belum terwujud seperti punya rumah, punya usaha, punya kendaraan. Semua butuh proses, butuh kerja keras dan butuh pertolongan Alloh SWT. 

Dari tadi yang diceritakan impian dunia mulu. Ada impian yang lain ngga ? Big Dream ? Impian terbesar dalam hidup ?

Ya jelas adalah, saya ingin masuk surga bareng keluarga dengan Ridho dan Rahmat Alloh SWT. Kenapa harus dengan Ridho dan Rahmat Alloh SWT ? Karena kalau cuma bermodalkan amalan kita tentulah belum cukup untuk masuk ke Surga-Nya. Semoga impian ini dapat terwujud nanti di Akhirat. Aamiin.

Impian selama itu gratis tetaplah berusaha untuk kita wujudkan. Tidak ada yang mustahil karena IMPOSSIBLE IS NOTHING.

Selamat mewujudkan Impian kita masing masing.