Minggu, 30 Juli 2017

Coretan [ku] Tentang #RTS : Kopdar Perdana Pasca Mudik

#RTS adalah singkatan dari Road To Sumatra, grup yang terdiri dari para mudikers tujuan Pulau Sumatera. Seperti yang sudah saya coretkan di tulisan - tulisan sebelumnya, Grup ini adalah wadah silaturahmi kita pada members.

Kopdar pasca Lebaran ini sudah kami agendakan 3 minggu sebelumnya untuk tujuan lebih mempererat silaturahmi yang telah dibangun.

Minggu siang, 30 Juli 2017 bertempat di Taman Mini kami berkumpul. Saling bicara, tukar cerita dan berbagi rasa kejadian - kejadian sewaktu mudik kemarin.

Saya sendiri datang agak telat karena harus menghadiri acara yang diselenggarakan oleh Kantor istri di wilayah Sudirman, Jakarta.

Pukul 11.00 WIB saya tiba di lokasi dan sudah nampak anggota members beserta para keluarganya. Tidak seperti kopdar sebelumnya, kopdar kali ini saya datang sendiri tanpa ditemani oleh istri dan anak saya. 


Banyak yang kami ceritakan terutama keseruan mudik kemarin dan rencana kami untuk membangun sinergi antar sesama members #RTS. Tak terasa adzan Dzuhur berkumandang, kami pun lantas menuju mushola dekat Keong Mas untuk menunaikan sholat berjamaah. Selepas itu kami pun berkumpul kembali sembari membuka hidangan yang telah dibawa dari rumah masing - masing. Semua jenis makanan tumpah ruah tersedia. Tentunya makanan khas Minang diantaranya : Jenggol gorang, kerupuk jangek, sambalado tanak jariang, gulai jariang, mie gomok, rendang telur, cincang, asinan dan menu lainnya yang saya tidak ingat satu per satu. Ibarat kata Rumah Makan Padang untuk sementara pindah ke Taman Mini. hehehehehe ....

Saya berinisiatif naik ke atas sebuah pohon untuk mengabadikan moment saat santap siang. Dari atas pohon saya melihat suasana kekeluargaan begitu hangat, tawa riang anak - anak dan istri - istri para members menambah kecerian siang tadi. Alhamdulillah cuaca pun sangat bersahabat.



Selepas santap siang, kami pun membahas agenda yang telah direncanakan sebelumnya. Diantaranya agenda tersebut yang menjadi keputusan bersama adalah :
Ketua - Sekretaris - Bendahara #RTS
  1. Pembuatan Cutting Stiker #RTS dengan nomor yang akan disesuaikan dengan data base yang akan disusun oleh Om Sony, sehingga setiap pulang nomor mobil kita tidak berubah dan akan mudah saling mengenal jika berpapasan di jalan raya.
  2. Pembuatan E-toll dengan desain khusus #RTS, hal ini sangat diperlukan bukan hanya sebagai kartu members tapi juga sebagai kebutuhan kita dikarenakan per bulan Oktober 2017 pembayaran tol tidak bisa lagi mengunakan uang tunai. PIC untuk point ini diserahkan ke saya untuk mencari informasinya ke Bank Mandiri.
  3. Seluruh members #RTS yang hadir siang tadi menyepakati kepengurusan Grup #RTS dengan Ketua Om Sony, Sekretaris Om Werry dan saya sebagai Bendahara.
  4. Kopdar berikutnya akan dilaksanakan bulan November 2017. Tempat dan waktu akan diinfokan di Grup WA RTS
  5. Rencana libur akhir tahun Keluarga Besar #RTS. Rencana ini akan dimatangkan saat Kopdar bulan November 2017 nanti.
Bagi saya pribadi, #RTS bukan hanya sekedar Grup WA atau Grup Mudik. Ini adalah sebuah Keluarga Besar yang dibangun oleh kepercayaan diantara kami para members. Berbagai hal yang bermanfaat bisa saya dapatkan di Grup ini. Grup WA-nya pun sering menginfokan hal - hal yang bermanfaat misal seputar tempat kuliner, sharing bisnis/wiraswasta, otomotif bahkan sesekali kita "ngompol" alias ngomong politik.

 
Waktu beranjak petang, setelah berfoto bersama seluruh keluarga, sebagian members pun sudah pamit untuk pulang. Tinggal saya, Om Sony, Om Arif, Om Wike, Om Djoyo dan Om Agus yang datang telat karena kemacetan yang luar biasa. Kami berenam pun melanjutkan obrolan ringan kami. 



Cuaca perlahan mendung, mau tidak mau kami harus meninggalkan tempat ini agar tidak kehujanan. Alhamdulillah, saya pulang ke Bekasi nebeng dengan Om Djoyo yang rumahnya masih disekitaran Kota Bekasi. Mudah - mudahan Alloh SWT selalu memberikan kami kesehatan sehingga bisa dipertemukan di Kopdar selanjutnya bahkan bisa kembali dipertemukan dalam #RTS2018. Amiin.

Terima kasih rekan - rekan members yang telah hadir ... November ngumpul lagi yaa !!!






Kamis, 27 Juli 2017

Coretan [ku] Tentang Ricko Andrean Maulana : Hari Ini Kisahmu Abadi ....


Matinya seorang penyaksi 
Bukan matinya kesaksian 
Tercatat direlung jiwa 
Menjadi bara membara 

Duka cita terdalam
 

Hari ini kisahmu abadi 
Berbaringlah kawan 
Berbaringlah dengan tenang

(Lagu Penyaksi - Iwan Fals) 



Ricko Andrean Maulana (22 th), anak yatim piatu Warga Cicadas Kota Bandung adalah seorang Bobotoh. Menurut penuturan sang Kakak, setiap Persib bertanding, Ricko tak pernah absen datang ke stadion. Bahkan dia sempat 2 kali dikeluarkan dari pekerjaan karena menonton Persib Bandung.

Sabtu, 22 Juli 2017 Persib Bandung kedatangan musuh bebuyutannya, Persija Jakarta. Partai Lanjutan Liga 1 yang digelar di Stadion GLBA Kota Bandung tentu menghadirkan tensi tinggi bukan hanya antar pemain tapi juga antar fans. Sebagai seorang bobotoh sejati, Ricko tentu tidak akan melewatkan partai adu gengsi ini. Sepulang kerja tanpa menggunakan atribut Persib, Ricko langsung menuju GLBA.

Naas ... Menurut cerita rekan korban, Abdul Gofur, ketika babak pertama usai, Ricko bersama teman sekelompoknya keluar dari tempat duduk untuk makan bersama di lorong masuk ke arah tribun penonton. Ketika yang lain mulai menyantap makanan, Ricko mendengar di tribun utara atas ada keributan. Dia terpisah dari rombongan dan menuju tempat keributan. Mengetahui ada yang dikeroyok dari The Jakmania, Ricko berusaha untuk menolong menjauhkan korban dari kerumunan massa. Namun, korban dari The Jak merangkul ke badan Ricko untuk berlindung, dan oknum bobotoh malah ikut memukuli Ricko. “Sialnya korban Ricko saat itu tidak memakai atribut Persib karena baru pulang kerja, langsung ke stadion. Saat Ricko dan korban dari anggota The Jak digotong ke ambulan, masih saja ada yang terus berusaha memukulnya meski sudah dikasih tahu bahwa Ricko adalah bobotoh,” ujar Gofur. [pikiran rakyat]

Kamis, 27 Juli 2017, Ricko pun menghembuskan nafas terakhirnya di  Rumah Sakit Santo Yusuf Bandung. Tak pelak kabar meninggalnya Ricko menjadi duka kesekian kalinya untuk insan sepakbola tanah air. Menurut SOS, Ricko adalah korban ke - 56 kekerasan sepakbola tanah air. 

Simpati dan ucapan duka pun datang dari seluruh penjuru, bukan hanya dari Bandung tapi dari Jakarta. Managemen Persija pun via tweet mengucapkan belasungkawa dan juga akun akun twitter The Jak. Sejarah tercipta ... dua suporter klub yang selama ini dikenal saling bermusuhan tiba - tiba 2 hari ini  meramaikan jagad dunia maya dengan ucapan bela sungkawa untuk Ricko dan mengirimkan sinyal -sinyal perdamaian.

Ricko memang spesial, dia singkirkan ego permusuhan dalam dirinya. Dia bisa saja cuek bebek ketika tahu yang dikeroyok itu adalah The Jak tapi malam itu Jiwa kemanusiaannya terpanggil,  Dia bela orang yang tengah jelas-jelas tersakiti. Berani dan peduli. Dia keluarkan semangat orang Indonesia yang dahulu dikenal sebagai insan yang suka tolong menolong tanpa melihat asal usul.

Siapapun yang memelihara "permusuhan" ini hentikanlah !! Rivalitas cukup 2 x 45 menit, bolehlah ditambah jikalau pakai sistem adu pinalti. Setelah itu stop !! Kita memang beda klub, tapi minimal kita adalah satu agama satu bangsa Indonesia !!!

Ibarat bunga, Ricko gugur di taman sendiri. Andai Perdamaian itu terwujud, dialah IKON PERDAMAIAN, rela berkorban untuk seseorang yang mungkin dia sendiri tidak kenal !!!

Selamat Jalan Mang Ricko .... Insya Alloh apa yang Mang Ricko lakukan dicatat sebagai amal kebaikan. Mudah - mudahan Mang Ricko korban terakhir. 

Rek Neupi ka Iraha musuhan wae ????
Hentikan !!!

diolah dari berbagai sumber
 

Rabu, 26 Juli 2017

Coretan [ku] Tentang E-KTP


Apa itu e-KTP ? 

e-KTP atau KTP Elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional.

Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). 

NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan)

Akhir - akhir ini E-KTP menjadi buah bibir pemberitaan di tanah air. Dari mulai kosongnya blangko sampai kasus korupsi yang konon merugikan negara hingga 2,3 trilyun (banyaaakkkknyaaaa !!!). Saya tidak akan membahas dari sisi korupsinya lah .. biar ahlinya saja yang memproses .. Ayo KPK Jangan Tebang Pilih ! Sikat semua yang menikmati duit 2,3 T itu !

Saya hanya ingin menceritakan pengalaman saya aja bersentuhan dengan e-KTP. Kalau tidak salah tahun 2010 atau 2011 (saya lupa) di lingkungan RT saya sudah dihimbau untuk melakukan perekaman e-KTP di Kecamatan. Saat itu berbondong - bondong warga dari subuh memenuhi kantor Kecamatan. Saya agak malas juga untuk perekaman saat itu, santai sajalah toh KTP yang sekarang masih berlaku. Singkat cerita saya tidak ikut serta perekaman saat itu.

Tahun 2013 KTP saya dan istri habis masa berlakunya, langsung  saya urus sendiri perpanjangan ke Kelurahan. Anehnya saat perpanjangan saya tetap mendapat KTP yang lama (belum e-ktp). Saya lalu menanyakan ke petugasnya apakah KTP ini berlaku, petugas bilang berlaku pak sampai 2018. Oke .. dech. Alhamdulillah selama kurun waktu dari 2013 sampai 2015 KTP tersebut bisa digunakan.

Pertengahan tahun 2016, terbit peraturan bahwa warga yang belum melakukan perekaman EKTP diwajibkan segera melakukan perekaman, jika tidak maka tidak bisa mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan data kependudukan seperti membuat SIM, membuat Paspor, membuka rekening Bank, dsb (wah .. gaswaaat !!!)

Kantor Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi
Mau tidak mau, bulan Agustus 2016 saya dan istri segera melakukan perekaman. Berbekal Surat Pengantar dari RT - RW hingga Kelurahan, sampailah saya di Kantor Kecamatan Rawalumbu Kota Bekasi. Tidak membutuhkan waktu yang lama karena persyaratan yang saya bawa lengkap, kurang lebih 30 menit saya menunggu langsung dipanggil menuju ruang perekaman. Setelah itu diberi tanda terima dan diinfokan dalam waktu 3 bulan, ektp saya sudah bisa diambil di Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Bekasi, Jl. Ir. H. Juanda Bekasi. Selesai dan NO PUNGLI !!! Mantab !!!

Bulan November 2016, saya mendatangi Kantor Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota Bekasi, antrian cukup ramai setelah verifikasi berkas akhirnya saya disuruh menunggu bersamaan dengan ratusan warga Kota Bekasi yang juga mengurus dokumen EKTP. Ketika giliran saya dipanggil, petugas mengabarkan bahwa blangko EKTP masih kosong dan sebagai solusinya diberi Surat Keterangan yang berlaku hingga 6 bulan kedepan. "Mudah - mudahan setelah 6 bulan EKTP Bapak dan Istri sudah jadi."  Begitu jawab petugas ketika saya menanyakan kapan selesainya. Saya tidak perlu marah - marah seperti beberapa orang yang terlihat tak sabar lalu mengeluarkan kata - kata keras kepada Petugas. Saya mah memilih mengucapkan terima kasih lalu balik badan pulang .... Toh kewenangan juga bukan di mereka, kalau dari pusat belum ada blangko ya mereka bisa apa ? Ngga perlu di marah - marahilah.

Enam bulan berlalu, sehabis pulang mudik saya baru ingat kalo Surat Keterangan Pengganti EKTP sudah habis masa berlakunya dari bulan Mei 2017 sekarang udah mau masuk Agustus 2017. Akhirnya tadi pagi saya pergi ke Kantor Kecamatan untuk menanyakan sudah jadi atau belum EKTP saya dan istri. Pukul 08.00 teeet .. saya tiba di Kantor Kecamatan Rawalumbu, Alhamdulillah petugas sudah standby di mejanya masing - masing. Petugas Kecamatan di Kota Bekasi semakin hari semakin baik pelayanannya. Hal ini tidak terlepas dari seringnya Walikota Bekasi sidak ke kecamatan atau keluragan. Bravooo !!!

Saya lalu menanyakan tentang EKTP saya seraya menyerahkan Surat Keterangan yang habis masa berlakunya. "Maaf Pak, blangkonya masih kosong .." jawabnya. "Terus kapan Bu ? Surat Keterangan saya sudah habis masa berlakunya. " Saya balik tanya. Ibu Petugas menjawab seraya memberikan solusi bahwasanya dia tidak bisa menjanjikan tapi sebagai solusi Surat Keterangan yang habis masa berlakunya bisa diperpanjang.

Ya .. sudahlah. Mau bilang apa ?? Saya menunggu kurang lebih 5 menit hingga Surat Keterangan yang baru jadi dan berlaku untuk enam bulan kedepan. Mudah - mudahan nanti di bulan Januari 2018, EKTP saya sudah jadi. Amiiiin.


Rabu, 19 Juli 2017

Catatan [ku] tentang Bukittinggi

"Bukittinggi adalah kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Kota ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Kota ini juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera dan Provinsi Sumatera Tengah. Kota ini pada zaman kolonial Belanda disebut dengan Fort de Kock dan mendapat julukan sebagai Parijs van Sumatra. Bukittinggi dikenal sebagai kota perjuangan bangsa dan merupakan tempat kelahiran beberapa tokoh pendiri Republik Indonesia, di antaranya adalah Mohammad Hatta dan Assaat yang masing-masing merupakan proklamator dan pejabat presiden Republik Indonesia. Kota Bukittinggi terletak pada rangkaian Pegunungan Bukit Barisan atau sekitar 90 km arah utara dari Kota Padang. Kota ini berada di tepi Ngarai Sianok dan dikelilingi oleh dua gunung yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Lokasinya pada ketinggian 909–941 meter di atas permukaan laut menjadikan Bukittinggi kota berhawa sejuk dengan suhu berkisar antara 16.1–24.9 °C" [wikipedia]

Libur lebaran tahun ini banyak saya habiskan di kampung halaman istri, Nagari Sungai Tarab, Batusangkar. Saya jarang mengunjungi tempat - tempat wisata seperti yang dilakukan oleh para members RTS yang memposting foto - foto liburan mereka di GRUP WA RTS. Akan tetapi satu kota yang tidak pernah saya lewatkan ketika pulang adalah Kota Bukittinggi. 

Setiap kali saya pulang hampir pasti saya mengunjungi Bukittinggi, meskipun disaat libur lebaran, Bukittinggi selalu ramai dikunjungi oleh semua orang dari berbagai pelosok dan pastinya arus lalu lintas menjadi macet. Hari Kamis, 29 Juni dengan menunggangi sepeda motor saya mengunjungi Bukittinggi. Selain untuk membeli oleh - oleh, saya juga sudah janjian bertemu dengan sahabat kental saya sesama penggemar Iwan Fals.

Pukul 09.00 saya memulai perjalanan ini. Indahnya alam Kabupaten Tanah Datar disambut dengan Kabupaten Agam sungguh mempesona hati. Beberapa kali saya hentikan laju motor ini untuk mengabadikan keindahan alamnya.
 
Salah satu pemandangan yang saya potret
Tak butuh waktu yang lama untuk tiba di Bukittinggi. Setelah memarkirkan motor saya menuju Toko Oleh - Oleh Singgalang di dekat Masjid Nurul Haq tak jauh dari Jam Gadang. Beberapa cemilan khas Minang saya beli di toko ini seperti keripik sanjay, dakka - dakka, dan jagung kering. Ketika barang belanjaan sedang dipacking oleh pegawai toko, tiba - tiba ponsel saya berdering. Ternyata yang menghubungi adalah sahabat saya yang sudah janjian sebelumnya. Barang belanjaan saya titipkan ke pemilik toko dan saya pun bergegas menemui sahabat saya tersebut.

Sahabat saya adalah seorang aktivis sosial dan lingkungan, di kota Bukittinggi dia dikenal dengan nama Budhi Djenggot. Kami sama - sama penggemar musisi legenda Indonesia, Iwan Fals. Kami sering bertukar pikiran di medsos membahas kegiatan - kegiatan sosial dan lingkungan. 

Bang Budhi mengajak saya ke sebuah kedai kopi disekitaran Jam Gadang menemui rekan kami lainnya dari Bangkinang. Ditemani kopi khas Minang, kami bertiga pun berdiskusi tentang kegiatan - kegiatan kami, aktivitas hingga bercerita tentang keluarga masing - masing. 
 
ki-ka (Rizki - Budhi - Saya)
Waktu beranjak menjelang sore, saya pun harus berpamitan ke mereka. Bang Budhi lantas mengantar saya. Di pelataran Jam Gadang, beliau menghampiri sebuah toko kaos dan memberikan sebuah kaos untuk anak saya Aluna. Tak berhenti sampai disitu, beliau lalu mengajak saya masuk ke dalam area Jam Gadang dan lantas kami pun mengabadikan pose kami disana (seumur - umur kalo berfoto pasti di lingkar luar pagar) .. terima kasih Bang Budhi Djenggot.

Foto kami di Jam Gadang

Setelah mengambil barang belanjaan di Toko Singgalang, saya pun bergegas pulang. Sempat berhenti sejenak di kawasan yang banyak menjual kaos distro dengan motif kata - kata Bahasa Minang. Sebagai "pengusaha kecil - kecilan" kaos, saya pun mencoba "study banding" masuk ke beberapa toko distro untuk mengamati hasil kreatif mereka. Ternyata hampir semua toko menggunakan bahan kaos combed 30 yang menurut saya agak tipis tapi memang banyak dipakai para pengrajin distro. Saya sendiri biasa memakai bahan combed 24s. Ya .. soal selera kembali ke masing - masing konsumen. Saya banyak mendapat ilmu di toko - toko distro ini, berharap saya pun memiliki sebuah toko distro yang menjual hasil design saya. Amiin.

Waktu makin semakin beranjak magrib, saya pun bergegas memaju motor saya kembali ke Batusangkar. Sungguh pengalaman yang mengesankan. Bertemu sahabat lama, study banding dan menikmati indahnya alam Sumatera Barat. 


Minggu, 16 Juli 2017

Catatan [ku] Tentang Perjalanan Balik : Menembus [Kembali] Jalur Lintas Tengah Sumatera

Waktu bergulir cepat sekali yaa ?? 10 hari di kampung halaman itu tidak terasa. Tahu - tahu sudah harus dihadapkan kembali dengan rutinitas sehari - hari.  Perjalanan Mudik begitu mengesankan, beberapa kali saya berkomunikasi dengan members Kaskuser Road To Sumatra di Grup WA terkait jadwal perjalanan kembali ke Bekasi.

Saya dan istri Alhamdulillah bisa menambah waktu libur sehingga kami memutuskan pulang kembali ke Bekasi pada hari Minggu, 2 Juli 2017. Dari sekian members ternyata hanya 1 orang yang jadwalnya berbarengan .. siapa ayoo ??? hehehe .. betulll Om Werry teman satu kampung. Seperti yang saya pernah tulis sebelumnya, saya dan Om Werry satu kampung halaman di Batusangkar.

Duet Balik OM Werry (Kiri) dan saya : #RTS33 & #RTS99
Perjalanan panjang ini kami sepakati pukul 08.00 WIB dengan titik kumpul di Pasar Sungai Tarab. Dua Mobil, Dua Keluarga, Tanggal Dua, "Nomor Punggung" Double 3 dan Double 9. Wahhh .. uniknya Grup Kami .. (eh berdua bisa disebut Grup kan ????) hehehehhee ...

Ready To Go
Hari yang [tidak] dinanti akhirnya tiba .. hikss sediiihh euyyy, Om Werry via chat Whatapps meminta izin memundurkan waktu ke jam 09.00 WIB karena masih ada keperluan keluarga. Setelah berpamitan kepada keluarga besar, kami bergegas menuju Pasar Sungai Tarab. Oh yaa .. perjalanan balik ini saya menyetir sendiri karena adik ipar saya tidak bisa ikut karena langsung terbang ke kota Palu untuk memulai aktivias pekerjaan di hari Senin.

Setelah menunggu beberapa saat, Nissan Grand Livina dengan "No Punggung" RTS 33 melintas di depan kami lalu berhenti. Kami berkoordinasi sejenak dan menyepakati Om Werry yang memimpin perjalanan panjang ini. Om Werry mampir sebentar ke Pasar Batusangkar untuk berpamitan kepada keluarganya. Pukul 10.00 WIB kami berangkat melalui arah Sijunjung (jalan alternatif dari Batusangkar menuju Jalur Lintas Sumatra) sehingga tidak melewati Kota Solok. Membuntuti RTS 33 memang sungguh asyik, di Gunung Medan kami rehat sejenak karena ada beberapa anggota keluarga yang ingin buang air kecil. Jalanan lintas Sumatra sudah mulai ramai dengan kendaraan pemudik, ditambah truk - truk sudah diperbolehkan melintas kembali sehingga beberapa kali saya dan Om Werry bermanuver menyusul truk.

Truk sudah mulai beroperasi

Pukul 15.00 WIB kami tiba di Kota Bangko, kami putuskan untuk istirahat di Masjid Raya Bangko, menunaikan sholat Jamak dan menikmati makan siang. Woww sungguh nikmat dua keluarga menyatu sambil menawarkan makanan yang kami bawa dari rumah masing - masing.

Rehat Pertama di Masjid Raya Bangko
Setelah dirasa cukup, kami pun melanjutkan perjalanan yang kami rencanakan ingin bermalan di Muara Enim. Jalanan setelah Bangko menuju Lubuk LInggau adalah etape favorit dimana jalanan lurus membentang sepanjang hampir 200 km. Kita bisa menggeber mobil sekuat-kuatnya asalkan dengan perhitungan, Di etape inilah saya banyak diajarkan bermanuver, "ngebut" oleh Om Werry. Anak dan keponakan di mobil pun tertawa girang karena melihat saya bisa membawa mobil ngebut seperti Mamak-nya pada saat arus mudik. Hasrat terus "ngebut" agak kami tahan karena melihat kecelakan di jaluru Soralangun menjelang waktu magrib.

Selepas Magrib kami sudah memasuki Kota Lubuk Linggau, kaki dan mata rasanya tidak kuat untuk melanjutkan sampai ke Muara Enim. Saya dan Om Werry lalu berhenti di Pempek Familidin sayang tempat yang kami tuju sudah tutup. Saya menawarkan ke Om Werry untuk menginap saja di Lubuk Linggau lalu memulai lagi perjalanan esok hari. Alhamdulillah Om Werry pun menyetujui karena dari awal kita ingin menuntaskan perjalanan ini bersama - sama (deeuuuhh soulmate .. yeee).  Om Werry memilih Hotel Hazmas Taba Syariah yang tarif per malamnya sekitar mulai dari Rp. 225.000 (kalau saya tidak salah ingat). 

Karena niatan makan pempek sudah terpatri di sanubari kami masing - masing, baik keluarga saya maupun keluarga Om Werry, akhinya kami menyambangi warung pempek yang direkomendasi oleh Petugas Hotel. Alhamdulillah nemu dan rasanya pun tidak terlalu mengecewakan. Setelah itu kami kembali ke hotel dan beristirahat.

Senin 3 Juli 2017
Pagi selepas shalat Subuh kami sudah berkemas, Om Werry kembali memimpin perjalanan menuju Bakauheuni. Pukul 07.00 WIB Setelah Sarapan kami pun langsung cuss meninggalkan Kota Lubuk Linggau. Hari Senin ini aktivitas orang bekerja sudah dimulai sehingga jalanan agak sedikit padat terutama di kantor - kantor pemerintahan dan swasta dan truk - truk pun sudah mulai "menjajah" jalanan.

Halaman Hotel




Pukul 11.30 WIB kami sudah memasuki Kota Lahat, awalnya kami ingin makan di RM Talaga Biru, tapi karena masih agak siang kami putuskan untuk melanjutkan saja perjalanan ini, Alhamdulilah cuaca cerah. Jalanan dari Lahat menuju Baturaja agak sedikit "menyiksa" karena beberapa kali kami harus berjibaku melawan truk - truk yang berjalan lambat bagai kura - kura tapi tak mau mengalah. Om Werry sempet frustasi dan memilih istirahat sejenak untuk sholat Dzuhur. Saya memberi semangat ke Om Werry agar kita melawan saja truk - truk itu ... hehehehe. Ehh  .. nasehat saya dijadikan sugesti oleh Om Werry, beberapa kali NIssan Grand Livina-nya "ngebut" ketika melibat truk, saya pun akhirnya terpacu mengejar, di satu kesempatan kami menyusul 1 truk dan 6 mobil di tanjakan sekitaran daerah setelah Simpang Meo, wahhh memicu adrenalin dah !!! Untuk menghilangkan ketegangan kami sempat membeli duku yang rasanya tidak membuat kecewa, manis dengan biji yang relatif kecil. 

"lawan !!!"

"truk"
Wah .. perut mulai keroncongan, kami lupa janjian untuk mencari rumah makan. Pasukan di mobil sudah teriak ... makaaann .. laperrrr !!! Saya kontak Om Werry untuk mencari Rumah Makan Padang menjelang Baturaja. Pukul 15.00 WIB kami singgah di RM Roda Baru Baturaja. Alhamdulillah cocok dilidah, perut dan yang pasti kantong. Tak lama setelah makan, kami mampir di sebuah SPBU karena keluarga Om Werry belum menunaikan sholat Ashar. SPBU ini lumayan besar dan bersih. Kami pun berfoto dengan semua anggota keluarga.


Keluarga Om Werry & Keluarga Saya

Om Werry & Keluarga

Kelurga saya & Kakak Ipar

Selepas Baturaja kami dihadapkan pada jalanan yang rusak, bergelombang dan berlubang, perlu kehatian - hatian melintasi jalan antara Baturaja - Martapura. Ditambah truk - truk yang semakin banyak. Di daerah Way Kanan, kami melihat ada kecelakaan antara Truk Box dengan Mobil Innova. Dua kendaraan itu sepertinya bertubrukan pas tikungan, saya tidak tahu apakah ada korban meninggal atau tidak tapi kejadian ini membuat jalanan sedikit terhambat. Saya dan keluarga berdoa agar kami diselamatkan sampai rumah di tujuan.


Kendaraan Truk yang mengalami kecelakaan di Way Kanan

Innova

Imbas Kecelakaan

Pukul 19.00 WIB kami tiba di Martapura, kembali kami beristirahat untuk menunaikan sholat. Selepas sholat, Om Werry mengatakan akan mampir ke saudaranya di Rajabasa, dan memberikan keleluasaan kepada saya untuk meneruskan perjalanan atau ikut menginap. Dikarenakan selasa pagi saya harus sudah beraktivitas, saya dan keluarga pun memilih melanjutkan perjalanan ke Bekasi. Kami pun kembali melanjutkan "konvoi" sampai Bandar Lampung.

Saat perpisahaan dengan Om Werry akhirnya tiba, kami berpisah di SPBU di daerah Bandar Lampung, konvoi selama 2 hari pun akhirnya berakhir dengan sukses, saling komitmen tidak terpisahkan. Kami saling berpamitan, istri saya menyalami istri Om Werry saling mendoakan agar masing - masing selamat di tujuannya.


Salam Perpisahan Saya & Om Werry

Selepas berpisah dengan Om Werry, saya tancap gas menuju Bakauheuni. Pukul 01.30 saya sudah hampir tiba di Pelabuhan Bakauheni, sayang kami terjebak macet karena ada 2 kendaraan besar yang mengalami masalah. Satu Buah Bis Mogok di jalur masuk Pelabuhan dan 1 truk mogok tidak kuat menanjak selepas keluar di Pelabuhan. SEMPURNA !!! Hampir 1 - 1,5 jam kami tertahan agak lama sebelum masuk Pelabuhan.

Pukul 03.00 kami tiba di Dermaga 3 (kalau saya tidak salah ingat), berbarengan dengan puluhan truk pengangkut hasil bumi Sumatra yang akan dibawa ke Pulau Jawa. Pukul 04.00 WIB kami akhirnya naik ke Kapal Panorama Nusantara. Berbeda dengan waktu menyebrang ketika mudik yang fasilitasnya gratis, dikapal ini kami dikenakan biaya Rp. 10.000/orang untuk dapat duduk di kursi penumpang dekat restoran kapal. 

Menjelang Masuk Kapal


Pukul 06.00 WIB kapal bersandar di Pelabuhan Merak, ah .. akhirnya saat yang [tak] dinantikan tiba, perjalanan panjang dengan segala keindahan alamnya, suasana kampung halaman yang begitu mempesona perlahan hadir diingatan.


Menjelang Bersandar

Pintu Tol Merak
Pukul 09.30 WIB Alhamdulilah, kami akhirnya tiba di Bekasi dengan selamat. Saya mengucapkan terima kasih kepada Om Sony selaku Ketua Rombongan (https://azraziana.blogspot.co.id,) Om Werry atas konvoi berkesannya ketika balik ke Bekasi plus jamuannya di Kopi Kawa Daun Rao Rao, De Fikri - Om Ady - Om Vedri temen konvoi ketika pulang ke kampung halaman, dan semua members  Kaskuser Road To Sumatra yang sudah mempercayai saya untuk memproduksi Kaos Mudik Road To Sumatra tahun 2017 ini, semoga Kaos yang saya buat memberikan kepuasan kepada seluruh members. 
Semoga tahun 2018 kita bisa kembali bersama Road To Sumatra Jilid 4 !! Amiin.

Kaos RTS 2017 yang diproduksi oleh K3 - Kios Kaos Komunitas

Rekap Pengeluaran Balik
1. BBM Rp. 780.000 dengan rincian :

  • Batusangkar = Rp. 250.000
  • Bangko = Rp. 100.000
  • Linggau = Rp. 160.000
  • Baturaja = Rp. 200.000
  • Merak = Rp. 70.000
(sampai rumah sisa 1/4 tangki)

2. Penginapan = Rp. 375.000
3. Penyebarangan = Rp. 374.000
4. Makan dan lain - lain = Rp. 450.000

Total = Rp. 1.979.000 













Jumat, 14 Juli 2017

Catatan [ku] Tentang Perjalanan Mudik : Menembus 1.500 km Lintas Tengah Sumatera

Tak terasa setelah beberapa kali KOPDAR dengan members Kaskuser Road To Sumatera akhirnya hari yang dinanti pun tiba. Yaa .. Mudik ke Batusangkar Sumatera Barat via Jalur Lintas Tengah Sumatera.


Suasana Kopdar di Taman Mini Sebelum Bulan Puasa
 


Suasana Kopdar di Taman Mini Satu Minggu Sebelum Keberangkatan

Sebanyak kurang lebih 80 members terdaftar di Grup WA RTS yang dikelola oleh Om Sonny https://azraziana.blogspot.co.id  yang akan mudik tahun 2017 ini. Keberangkatan members pun beragam mulai dari tanggal 16 sampai dengan 22 Juni 2017.

Saya dan keluarga merencanakan keberangkatan pada hari Selasa. 20 Juni 2017, ada kurang lebih 18 members yang berangkat pada tanggal tersebut. Selasa pagi kami sudah siap - siap mengemas barang termasuk mengecek semua kelengkapan kendaraan. Ini menjadi penting karena saya tidak ingin kejadian tahun kemarin terulang kembali (yang belum tahu mungkin bisa membaca artikel tahun lalu di blog ini)

Selasa, 20 Juni 2017
Waktu menunjukan pukul 20.00 WIB, Saya dan keluarga pun memulai perjalanan panjang ini dari rumah kami di Bekasi Menuju Pelabuhan Merak, melewati Tol Bekasi Barat, Tol JORR lalu menuju Tol Merak. Kami menuju titik kumpul pertama di Rest Area Km.43 untuk membeli tiket penyebarangan dan membagikan stiker kaskus dan stiker "nomor punggung" para members. Tahun ini saya mendapatkan nomor punggung 99.

Pembelian tiket penyebrangan tahun ini agak sedikit berbeda dengan tahun kemarin, tahun ini kita diharuskan mengisi formulir yang terdiri dari nama, Plat No. Kendaraan, waktu penyebrangan, serta data penumpang. Oh .. yaa siapkan pulpen karena ini sangat membantu mempercepat kita mengantri untuk memperoleh tiket penyebrangan. Harga tiket tahun ini untuk kendaraan pribadi sebesar Rp. 374.000 (gratis minuman)

Loket pembelian tiket di Rest Area KM.43

Setelah pembagian tiket, teman - teman yang lain dikomandoi oleh De Fikri meminta izin untuk berangkat terlebih dahulu ke Merak khawatir arus kendaraan semakin padat, saya yang datang agak belakangan pun akhirnya mempersilahkan De Fikri dan beberapa members untuk berangkat terlebih dahulu dan kami memutuskan berkumpul kembali di SPBU Kedua setelah Pelabuhan Bakauheuni.

Saya sendiri terkena kemacetan sekitar 100 meter menjelang keluar Tol Merak. Setelah membayar tol, saya menuju Pelabuhan Merak dan diarahkan oleh petugas ke loket khusus karena kami telah membeli tiket sebelumnya di Rest Area KM 43. Pukul 00.30 WIB saya dan keluarga memasuki area Pelabuhan Merak dan diarahkan Petugas Ke Dermaga 1.

Menunggu antrian masuk kapal


Rabu, 21 Juni 2017
Kurang lebih 2 jam menunggu di Dermaga 1, akhirnya pukul 02.30 kami pun menyebrangi Selat Sunda dengan Kapal yang dioperatori oleh ASDP, saya lupa nama kapalnya tetapi fasilitas di kapal ini bagi saya dan keluarga lebih baik dari tahun sebelumnya dan semua fasilitas ini gratis. Kami pun sahur di atas kapal ini dengan bekal yang kami persiapkan dari rumah. Seperti tahun sebelumnya, saya dan adik ipar sebagai supir kedua memutuskan untuk tidak puasa untuk menjaga stamina selama membawa kendaraan.

Pukul 06.00 WIB kami bersandar di Pelabuhan Bakauheuni. Ada perasaan "trauma" di benak saya dan istri ketika kami turun dari kapal di Bakauheuni, peristiwa satu tahun kemarin masih membekas, tapi saya meyakinkan istri dan keluarga, Insya Alloh tidak akan terjadi lagi. Kemudian saya pun segera berkoordinasi dengan members lain, ternyata kami semua terpencar. Ada yang sudah jalan duluan, ada yang masih di atas kapal (terutama rombongan De Fikri yang harus menunggu selama kurang lebih 4 jam di Dermaga 6).  Saya memutuskan untuk menunggu di SPBU Kedua setelah Pelabuhan Bakauheuni. Tapi ada daya ketika memasuki SPBU ini situasi penuh dan tidak kebagian parkir, akhirnya saya pun langsung tancap gas menuju SPBU ketiga yang jaraknya kurang lebih 6 km dari SPBU Kedua. Menurut saya, SPBU Ketiga ini sangat luas dan lebih bersih kedua SPBU sebelumnya. Istri, kakak ipar dan anak - anak pun menyempatkan diri membersihkan badan.

Suasana SPBU Ketiga



Setelah berkoodinasi dengan members lainnya, Pukul 07.00 WIB saya pun akhirnya bergegas menuju titik kumpul berikutnya di Rumah Makan Taruko II Kotabumi, butuh waktu sekitar 5 jam perjalanan untuk mencapai Kotabumi, di daerah Bandar Jaya, kendaraan kami dialihkan oleh Polantas ke jalur alternatif yang kondisi jalannya lumayan ancur. Sepanjang perjalanan di jalur alternatif nampak hilir mudik beberapa anggota Kepolisian bersenjata lengkap mengendarai motor trail, tindakan ini mungkin untuk menjaga keamanan kami para pemudik. Bravo Pak Polisi !!!

Pukul 12.00 WIB kami pun tiba di Rumah Makan Taruko II Kotabumi untuk rehat sejenak dan menunaikan ibadah sholat. Saya pun menanti kedatangan members De Fikri, Om Ady dan Om Vedri. Kami berempat akhirnya bisa berkumpul bersama di titik kumpul ini.

ki-ka : De Fikri, Om Ady, Om Vedri, Saya

Setelah dirasa cukup meluruskan badan, kami berempat pun segera melanjutkan perjalanan kami menuju titik kumpul berikutnya. Disepakati oleh kami posisi terdepan ditempati oleh Om Ady, saya kedua, Om Vedri ketiga dan De Fikri keempat. Pukul 13.00 WIB Bismillah rombangan kami pun akhirnya berangkat dari RM Taruko II Kotabumi. Disini saya sudah bergantian membawa kendaraan dengan adik ipar saya.

Baru beberapa kilo perjalanan, Om Ady meminta saya untuk memimpin rombongan. Jalur Kotabumi sampai Baturaja pun akhirnya saya yang menjadi ketua rombongan dan beberapa kali adik ipar saya selaku driver kedua melakukan manuver cepat sehingga meninggalkan rombongan, saya menjadi tidak enak hati dengan ketiga members di belakang saya. Alhamdulillah mereka pun memahaminya. Jalur Martapura - Baturaja jalan yang kami lalui banyak lobang dan bergelombang sehingga kami harus hati - hati agar tidak terkena jebakan betmen.

Pukul 17.00 WIB kami tiba di Baturaja, Om Ady dan Om Vedri meminta izin untuk beristirahat sejenak di SPBU dekat hotel BIL. Setelah berkoordinasi via WA dengan members Om Werry (beliau sudah sampai dikampung halaman karena berangkat tanggal 16 Juni) yang mengatakan masih bisa ngejar sampai jam 21.00 di Lahat, saya putuskan untuk berangkat duluan menuju Lahat. Sepanjang jalan Baturaja - Lahat banyak penduduk sekitar yang menjual duku dan durian. Istri pun tergoda akhirnya kami membeli 10 kg duku di pinggir lintas Baturaja - Lahat. Perjalanan Baturaja - Lahat sungguh eksotis, bagi yang baru pertama kali mungkin agak sedikit uji nyali karena melewati beberapa hutan dengan jalanan yang sepi.

Lintas Kota Bumi - Baturaja





Beli duku dulu ..
Menjelang Pukul 21.00 WIB kami pun tiba di Lahat dan memutuskan untuk menginap di Hotel Grand Zuri Lahat. Tarif per malam disini sebesar Rp. 550.000. Setelah menurunkan perlengkapan di kamar hotel, saya pun bergegas mencari makanan sekitaran kota Lahat bersama adik ipar saya.

Kamis, 22 Juni 2017
Pukul 07.00 WIB, kami sudah berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke Batusangkar. Hari ini giliran saya yang pegang kemudi. Selepas dari Hotel Grand Zuri Lahat, saya diarahkan oleh Satpam HOtel untuk mengambil jalan alternatif menuju Lubuk Linggau. Awalnya saya ragu, kok jalannya sepi banged, tidak ada kendaraan pemudik yang lewat. Akhirnya untuk mengatasi kegalauan hati, saya menanyakan ke penduduk jalan menuju Linggau. Jawabannya sama persis dengan yang diarahkan oleh Satpam Hotel Grand Zuri. Belakangan saya tahu dari Om Werry kalo jalan yang kami lalui adalah jalan lingkar luar Lahat sehingga tidak memasuki Kota Lahat.

Pukul 11.00 WIB, kami memasuki Kota Lubuk Linggau, suasana mudik mulai terasa karena bebarapa kali saya berpapasan dengan kendaraan para pemudik. Karena keasyikan mengemudi, saya melewatkan kesempatan mampir di Pempek Familydin (rekomendasi Om Sony) untuk membeli pempek khas Sumatera Selatan. Tanpa membuang banyak waktu saya terus melanjutkan perjalanan menuju kampung halaman. Saya sangat menyukai jalan antara Lubuk Linggau sampai Soralangun, hamparan jalur lurus dan mulus sejauh kurang lebih 200 km. Pukul 14.00 WIB, kami istirahat sejenak di Muara Bungo tepatnya di Markas Brimob untuk menunaikan sholat.

Selepas istirahat, saya bergantian mengemudi dengan adik ipar saya. Inilah mungkin enaknya jika bergantian menyetir. Saya bisa tidur sejenak untuk mengusir rasa kantuk dan pegal yang mendera. Anak - anak sangat senang ketika Mamak-nya membawa kendaraan, katanya lebih kencang dari yang saya bawa.

Pukul 16.30 WIB, kami sudah memasuki gerbang masuk Provinsi Sumatera Barat, senang bukan kepalang karena sekitar 4 jam lagi kami akan tiba di kampung halaman untuk melepas kerinduan.




Sungguh disayangkan, begitu masuk Provinsi Sumatera Barat kami "disambut" oleh beberapa ruas jalan yang rusak parah, entah pengerjaan belum selesai atau bagaimana sehingga beberapa kali kami harus memperlambat laju kendaraan agar tidak terkena lubang. Saya pun sempat berkelakar di medsos dengan menuliskan status "Simpang Meo Pindah Ke Dharmasraya" Waktu magrib hampir tiba, karena sebagian dari keluarga ada yang berpuasa, kami pun berhenti sejenak untuk mencari tempat berbuka di daerah Kiliranjao. Selepas Kiliranjao kami memotong jalan melalui Sijujung sehingga tidak melewati Kota Solok.



Pukul 21.30 WIB, kami sekeluarga pun akhirnya tiba di Batusangkar Tanah Datar. Perjalanan panjang pun terbayarkan dengan senyuman Ayahanda menyambut kedatangan kami sekeluarga. Alhamdulillah.

Perkiraan Biaya Perjalanan
A. BBM Total = Rp. 790.000, dengan titik pengisian
1. KM.43 = 190.000
2. RM Taruko = 150.000
3. Lahat = 200.000
4. Muaro Bungo = 250.000
Sampai di rumah masih tersisa 1/2 tangki.

B. Penyebrangan Merak - Bakauheuni = Rp. 374.000

C. Hotel Grand Zuri Lahat = Rp. 550.000

D. Makan, dll = Rp. 300.000

Total = Rp. 2.014.000

Catatan perjalanan balik ke Bekasi menyusul ...