Senin, 24 September 2018

Coretan [Ku] Tentang Aluna : Stop Atau Kita Pulang !

Stadion Patriot Candrabhaga Bekasi menjadi saksi pertama kali Luna menyaksikan Persija, tim kesayangannya bermain. Tribune VIP Barat menjadi saksi keceriannya, kegembiraannya dan ketakjubannya sebagai seorang suporter. Berbaur bersama dengan suporter yang lainnya. Walaupun hanya sebatas pertandingan persahabatan tapi antusias pendukung Persija begitu tinggi. Kapasitas 28.000 kursi full terisi sementara di luar stadion masih banyak pendukung yang ingin masuk tapi tak kebagian tiket.

Cerita keseruan dan sedikit pengalaman tak mengenakan bisa dibaca di sini http://fendi1980.blogspot.com/2018/09/coretan-ku-tentang-aluna-antara-persib.html

Namanya sebuah pertandingan yang ditonton oleh puluhan ribu penonton tentu suasana riuh begitu terasa. Tak jarang umpatan - umpatan kepada pemain lawan dilontarkan sebagai psywar. 

Rupanya Luna terbawa suasana riuhnya suporter. Sehingga tak sengaja saya dengar dia mengumpat, bukan kata - kata yang kasar tapi agak ngga pas dilontarkan oleh seorang anak berusia 9 tahun.

Saya panggil dia duduk, lalu saya bilang, "Luna, ngga boleh bilang kayak gitu, ngga sopan !"

"Itu yang lain boleh teriak - teriak kayak gitu malah ada yang bilang (maaf ya Bi) Anj##g !"

"Itu orang lain, Abi ngga punya hak untuk menegur dan ngga punya kewajiban buat nasehatin. Tapi Luna Anak Abi, ada hak dan kewajiban Abi negur dan nasehatin Luna, mengerti Nak ?"

"Emang kenapa ngga boleh ?"

"Ngga sopan teriak seperti itu, kasih dukungan yang menyemangati tim Luna, bukan dengan memaki - maki, Luna bisa ?"

"Kalau Luna ngga bisa kita stop lalu pulang !"

"Bisa .. Ya udah Luna moto - moto aja, pinjam kamera Abi."


Akhirnya saya beri pinjam kamera yang saya bawa dan membiarkan Luna memotret objek - objek sekehendak hatinya.

Bagi saya pribadi, chat - chat rasis, umpatan dan makian seminimal mungkin dihindari. Di stadion bukan hanya laki - laki dewasa saja yang menonton tapi banyak anak kecil dan remaja di bawah umur yang akan merekam chat - chat itu dan ke depannya menjadi sebuah kebiasaan. Ingat sifat anak - anak itu mudah sekali meniru.

Video tentang seorang pendukung Persija yang meninggal di GLBA membuat saya miris, bagaimana tidak, ada anak kecil yang memukulkan balok ke badan korban. Mereka berani melakukan itu karena apa ? Karena ada yang mencontohkan, lalu mereka tiru agar [mungkin] bisa disebut Jagoan.

Saya tidak ada maksud untuk menyudutkan siapapun hanya mengajak kepada semua elemen suporter, hentikan semua bentuk kekerasan, nyawa terlalu mahal untuk ditukar dengan apapun. Tidak boleh kita mati demi sepakbola, kalaupun kita beda dalam urusan dukung mendukung klub tapi yakinlah kita adalah saudara di bawah tiang bendera .. INDONESIA !!

Mari kita renungkan 
Lalu kita bertanya 
Benarkah kita manusia 
Benarkah ber Tuhan 
Katakan aku cinta kau
Pada tanah yang sama 
Kita berdiri 
Pada air yang sama
Kita berjanji
Karena darah yang sama
Jangan bertengkar
Karena tulang yang sama
Usah berpencar ... INDONESIA
(Dibawah Tiang Bendera - Iwan Fals, Frangky, Ian Antono)






Coretan [Ku] Tentang Aluna : Sepakbola Hanyalah Permainan Nak !





Semenjak Anak saya Aluna menyukai Persija, disitulah saya sebagai Bobotoh Persib mulai berjiwa besar.

Keinginannya menonton Persija bermain langsung saya iyakan walaupun dengan perasaan was was.

Marahkah saya ? Bencikah saya dengan pilihannya ? Tidak !!! Karena saya anggap Sepakbola hanyalah sebuah permainan yang justru harus kita nikmati drama di lapangannya bukan drama di luar lapangan. Apalagi sampai dijadikan ajang saling membunuh.

Seminggu sebelum Persib vs Persija main, Luna sempat bilang ingin nonton ke Bandung. Saya hanya tertawa sambil menjelaskan bahwa Pendukung Persija dilarang datang ke Bandung untuk mengantisipasi kerusuhan.

Dia lalu bertanya kok rusuh ? Kok berantem ? Kita kan cuma pengin nonton bola bukan berantem ?

Pertanyaanmu terlalu polos Nak, diluar sana banyak orang yang masih menyimpan bara dendam. Semoga kau tetap menjadi Pendukung yang benar benar mendukung bukan merusak bukan menghina. Ingat Nak ... Sepakbola hanyalah permainan bukan ajang menebar kebencian.

Selepas Magrib kau sedih karena Persijamu kalah, malam ini Bapakmu lebih sedih ketika mendengar kematian seorang suporter.

Rek neupi iraha ????
#TurutBerduka

Jumat, 14 September 2018

Coretan [Ku] Tentang Cerpen : Titipan Ini Ikhlas Ku Kembalikan

Boom .. nemu cerpen yang pernah saya tulis awal 2010 (kalau ngga salah). 
Moga Berkenan
 
 
Titipan Ini Ikhlas Ku Kembalikan

Tak terasa hari telah menjelang malam, matahari sebentar lagi kan pulang digantikan rembulan yang temani sang malam. Lelah sekali tubuh ini, seharian menyusuri jalan, punguti kardus, koran, gelas bekas air mineral atau apapun yang bisa kujadikan uang. Tak seberapa memang, tapi yang penting keluargaku tidak mengemis dan kelaparan.


"Allahu Akbar ... Allahu Akbar ....."
Sayup terdengar suara adzan pertanda magrib datang menjelang, bergegas ku percepat langkah menuju mushala di ujung jalan. Ah, sangkala menyelinap waktunya memohon pengharapan dan pertolongan pemilik alam semesta ini. Yang Maha Kaya, Yang Maha Besar.

Kubuka bungkusan koran berisikan pakaian yang dirapihkan Nur, istriku. Wanita yang selalu setia menemani setiap hembusan nafasku, menemaniku dalam kemiskinan, menemaniku dalam kesengsaraan. Dialah intanku. Alhamdulillah Ya Rabb, Kau anugerahkan sosok sesempurna Nur yang mengerti akan kesulitan- kesulitan hidup yang setia menemani hari - hari kami.

Butiran - butiran air wudhu membasahi mulutku, hidungku,wajahku, tanganku, kepalaku,telingaku, kakiku... "Allahu Akbar ....."

Selepas magrib,kupanjatkan doa, memohon ampun, mengharap belas kasihNya, Ya Rabb... angkat aku dari kemiskinan, aku tak minta jadi kaya tapi aku hanya minta penghidupan yang layak, rizki yang cukup agar aku bisa membahagiakan Nur dan Nissa, buah hatiku yang selalu kujadikan semangat kala raga lelah menelusuri jalan - jalan berdebu ini.

Kulihat isi gerobakku, tak sebanyak biasanya. Mungkin karena jumlah pemulung yang semakin banyak sehingga makin hari semakin berkurang jumlah barang yang bisa kuambil dijalanan. Tapi ini adalah rezeki yang Allah SWT berikan kepadaku hari ini. Dia yang maha mengetahui kebutuhan hambaNya. Aku pun hanya bisa berucap ALHAMDULILLAH.

Kutarik gerobak ini, rinduku yang memuncak kepada Nissa membuatku bergegas pulang ke gubuk reot itu. Hanya tinggal seratusan meter lagi aku akan tiba diistana kecilku. Sesampainya ku didepan pintu.

"Kang .... Kang, cepat kang, Nissa ...." teriak istriku dan kulihat air matanya menetes sekilas raut wajahnya dipenuhi kepanikan.

"Tenang Nur ..... tenang ..... Nissa kenapa? Ada apa ?" tanyaku kepadanya.

"Nissa ... Kang, dari tadi siang panasnya tidak turun - turun, sudah ku kompres  tapi tetap saja tidak turun. Aku khawatir Kang." Sambil terus mengusap - usap rambut Nissa, Nur menjelaskan kondisi bidadari kecil kami.

"Ayo, kita bawa ke rumah sakit ..." ajakku.

"Tapi Kang, kita hanya punya sedikit uang, mau di bayar pakai apa rumah sakit itu?" tutur istriku.

"Kita bawa dulu, yang penting panasnya Nissa bisa turun, ayo lekas Nur !" aku yang mulai panik segera menyuruh Nur bergegas.

Kuturunkan semua isi gerobakku dan kutaruh tubuh mungil Nissa diatas gerobak, kuselimuti dengan kain sarung.Secepat mungkin kutarik gerobak ini sementara Nur mendorongnya dari belakang. Alhamdulillah jarak gubuk kami dengan rumah sakit hanya sekitar 2 km, tak terlalu jauh pikirku.

"Ya Rabb ! sehatkan anakku ... sembuhkan anakku .." pintaku memohon padaNya.

"Mba ........ tolong anak saya Mba, tolong......" pintaku lirih pada perawat di rumah sakit itu.

"Kita bawa ke UGD dulu Pak." perintah perawat tergesa.

Dokter itu sesaat memeriksa tubuh mungil Nissa. Kulihat Nissa seperti menahan sakit yang sangat. Ya Rabb, pindahkan rasa sakit itu kepadaku !

"Sepertinya anak bapak terkena deman berdarah tapi untuk kepastian diagnosanya harus dilakukan tes darah. Silahkan bapak menghubungi petugas kami di meja depan." tutur dokter bertubuh tegap itu kepadaku. Bergegas ku langkahkan kaki menuju meja pelayanan didepan, kusuruh Nur tuk menunggui Nissa di UGD.

"Begini pak, menurut dokter anak bapak harus dites darah untuk mengetahui jenis penyakitnya dan biasanya pasien dengan kondisi seperti itu harus dirawat inap untuk menjaga agar kondisinya tidak semakin drop." jelas petugas rumah sakit itu kepadaku.

"e... harus di rawat inap Mba ?" aku yang mulai panik bertanya kembali padanya.

"Ya pak, dan untuk itu, sesuai dengan peraturan rumah sakit ini, Bapak harus mendepositkan uang sebesar dua juta rupiah sebagai syarat untuk rawat inap." tuturnya sejurus kemudian.

"Dua juta ?? sebesar itukah Mba ? Saya hanya bawa uang tiga puluh ribu, bagaimana Mba ?" sambil kukeluarkan uang recehan dikantongku hasil simpanan Nur seminggu ini.

"Benar pak ! Itu sudah merupakan peraturan dirumah sakit ini. Atau bapak punya Askeskin ? Itu mungkin bisa membantu Bapak." kata petugas itu mencoba memberiku solusi.

"Maaf Mba, entah kenapa nama saya tidak terdaftar sebagai penerimaAskeskin. Padahal saya ini orang miskin, sementara orang yang mampu disekitar rumah saya malah terdaftar namanya sebagai penerima Askeskin. Gimana Mba, saya minta tolong diberikan keringanan. Saya mohon Mba .... " Aku seperti bersimpuh memohon belas kasihnya.

Padahal dalam hidupku pantang aku memohon selain kepada Allah SWT.

"Maaf pak, tidak bisa. Ini sudah menjadi peraturan rumah sakit ini. Saya hanya menjalani tugas saja. Sekali lagi saya minta maaf." tuturnya dengan ramah kepadaku.

"Tapi Mba ... saya benar - benar hanya punya segini, tolong anak saya Mba ... tolong .... saya mohon kebijaksanaan Mba."pintaku lirih.

"Baik Pak, Saya coba hubungi manajemen dulu karena saya tidak mempunyai wewenang. Mudah - mudahan ada jalan keluar pak." katanya mencoba membantuku. Sesaat kemudian dia terlibat pembicaraan ditelpon dengan manajemen rumah sakit itu. Aku hanya bisa berdoa semoga ada jalan keluar terbaik buat Nissa.

Kulihat dari kejauhan, tampak Nur memejamkan mata dan kulihat mulutnya berkomat - kamit memanjatkan doa.

"Maafkan saya Pak, peraturan rumah sakit ini memang begitu. Jika bapak tidak bisa membayar deposit sebesar dua juta rupiah, dengan berat hati anak bapak tidak bisa dirawat disini. Maaf pak," dengan berat hati petugas tersebut menerangkan kepadaku.

Aku hanya bisa membisu, aku coba mengerti tapi tak mengerti, "Ya ... Rabb, tolong hamba, sembuhkan anak hamba." Sekali lagi aku memohon kepadaNya berharap keajaibanNya.

Kuhampiri Nur, kuangkat Nissa dan kubopong di dadaku.

"Panasnya badanmu Nak, maafkan Bapak tak bisa membiayaimu di rumah sakit ini. Kita pulang Nak, nanti Bapak kompres pakai air dingin ya dirumah. Sabar ya Nak, tabah, kamu pasti sembuh, tadi Bapak sudah minta ke Allah agar kamu sembuh." bisikku ke telinga Nissa, entah dia mengerti atau tidak dengan apa yang kubisikan.

"Gimana Kang, kok dibawa keluar ruangan ?" tanyaNur kebingungan.

"Kita bawa pulang Nissa, rumah sakit menolak karena kita tak bisa mendepositkan uang sebesar dua juta dan kita juga tak punya Askeskin." jawabku kepadanya.

"Tapi ... kang .... panasnya belum turun."

"Kita tawakal saja memohon padaNya.Yuk, kita pulang." ajakku pada Nur.

Kutaruh kembali Nissa di gerobak dan kuselimuti dengan kain. Kubawa ia pulang dan gerimis pun mulai menyapa malam diiringi sayup adzan Isya dikejauhan. Aku berlari secepat mungkin agar Nissa tidak kehujanan. Kutinggal Nur dibelakang karena ia tidak bisa mengimbangiku dalam berlari. Bagiku yang penting kami cepat tiba dirumah.

Kubuka pintu rumah, dan kubopong Nissa dari gerobakku.

"Nak, kita dah sampai dirumah, bangun Nak .... Bapak kompres ya ...." Aku mulai terbata untuk berbicara karena tubuh Nissa yang tadinya panas berubah menjadi dingin. Tampak senyum manis bibirnya mengembang.

"Nak .... baa..nggun.... nak ...." kugoncangkan tubuhnya tapi Nissa tetap tidur seolah tak menggubris ucapanku.

"Nak bangun, Nissa .... ayo Nak bangun ....."

Jangan - jangan Nissa ....., kutepis anggapan itu tapi Nissa tetap terbujur, kusentuh bawah hidupnya ... Ya Allah nafasnya terhenti. Seketika kepanikan menjalar ke seluruh tubuh.

"Nur .... Nur .... cepat kemari !!!" Kulihat Nur yang baru tiba didepan rumah dengan nafas tersengal.

"Ada apa Kang ?" tanyanya.

"Nissa tak mau bangun, tubuhnya dingin, mukanya pucat,nafasnya terhenti, jangan - jangan ia ....... cepat Nur, kau lihat kondisinya ! " Pintaku pada Nur.

Bergegas Nur menghampiri Nissa yang masih ku gendong. Diraihnya Nissa dipelukanku sesaat kemudian dibelainya buah hatiku itu.

"Nissa, ini ummi Nak, bangun ... bangun... Nak." Nur coba membangunkannya namun Nissa bergeming tak bergerak sedikitpun.

"Nissaaaa ....Ya Allah ... Innalillahi wa inna ilahi rajiun ...." teriak Nur memecah kepanikanku.

"Jangan kau berkata seperti itu Nur, Nissa masih hidup, dia belum mati !!!" bentakku kepadanya.

"Sadar kang, ... Nissa sudah meninggal ..." tuturnya coba menyakinkah aku.

Kusentuh Nissa, kugendong, kuguncang - guncang tubuh mungilnya. Aku tidak percaya, buah hatiku tiada.

"Nissa, ini Bapak ... Nak, bangun ... bangun ..." coba terus membangunkannya tapi sia - sia, tubuhnya tetap terbujur kaku.

"Ya Allah, mengapa kau ambil anakku, mengapa kau timpakan kemiskinan kepadaku sehingga aku tak mampu membayar rumah sakit. Hei .. Allah !! setiap waktu aku penuhi panggilanMu, setiap malam aku bersimpuh menghadapMu, memohon semua kebaikanMu, tapi apa yang kudapatkan .... kemiskinan, kemelaratan dan sekarang Kau ambil hartaku yang paling berharga ini !!! Kau ambil anakku, dimana Kau yang katanya Maha Pengasih dan Penyayang ? ... Dimana Kau yang katanya Maha Adil ? sementara orang - orang kaya yang korupsi yang suka manipulasi Kau berikan hidup bergelimpangan sementara aku yang selalu memujaMu kau timpakan kemalangan ... Dimana Engkau Ya Allah ..... "

Plak.... tamparan Nur mendarat dipipi kananku, keras sekali, inilah pertama kali ia menamparku, ingin kubalas tapi ...

"Kang, sadar Kang, Istigfar ... aku tak mau punya suami yang mendurhakai Allah, dimana akang yang selama ini aku kenal ketaqwaannya, aku kenal keikhlasannya, aku kenal kesabarannya ? Mengapa kini akang memaki Allah seakan Allah tidak adil kepada kita ... Istigfar Kang... Mohon ampun ... Ini yang terbaik buat Nissa, Allah sayang sama Nissa, oleh sebab itu Allah memanggilnya diusia yang belum tercampuri dosa. Sadar Kang, aku mohon ....." tuturnya setengah marah kepadaku.

Aku yang setengah sadar, rasanya ingin menangis, tersungkur ...

"Ingat Kang, Nissa itu bukan milik kita, dia hanya titipan dari Allah, kita tak punya hak untuk memilikinya, dan kini Allah mengambil titipanNya. Sadar ... Kang, Ikhlas ... aku mohon, jangan akang bebani hidup akang dengan dosa ...." Kulihat air mata Nur mengalir deras, seakan tak rela aku memaki Allah.

Aku bersujud, memohon ampunanNya, "Astagfirullah .. Astagfirullah ... Ya Rabb maafkan hamba, ampuni hamba telah memakiMu, telah berprasangka buruk kepadaMu....ampuni hamba ya Rabb...hamba mohon" berucap kulirih menyesal atas apa yang telah kuucapkan.

"Kang, ayo kita urus Nissa ... kasihan jika terlalu lama kita diamkan." Nur mengulurkan tangannya dan mengangkat aku dari posisi sujudku.

"Ya Rabb ... terima Nissa disisiMu ... Ya Rabb .. titipan ini Ikhlas kukembalikan...." ucapku lirih.
 
Selamat jalan Nak, Maafkan Bapak tidak bisa membahagiakanmu selama ini

Kamis, 13 September 2018

Coretan [Ku] Tentang Impian : Tanamkan, Wujudkan !!

Setiap orang pasti punya impian, punya keinginan. Kalau kata Iwan Fals, keinginan itu sumber penderitaan, tempatnya di dalam pikiran. Kalau dimaknai ya bener lah. Selama keinginan itu belum terwujud pasti menjadi sumber penderitaan menjadi sumber pikiran.

Bagaimana agar tidak menjadi sumber penderitaan ? Ya kita wujudkan. Minimal kita harus ikhtiar karena ikhtiar atau berproses adalah hal yang utama. Masalah impian itu terwujud atau tidak itu haknya Gusti Alloh. Pepatah lawas mengatakan "Manusia Itu Berencana, Tuhan Yang Menentukan."

Impian Pertama : Ketemuan, Foto dan Nyanyi Bareng Iwan Fals

Saya jadi ingat ketika duduk di kelas 3 SMP, sekitar tahun 1995. Waktu itu saya suka bawa gitar ke sekolah dan lagu yang selalu saya mainkan hanya lagu Iwan Fals sedangkan teman - teman saya jago mainin lagu Nirvana, Bon Jovi dan lagu lagu hits MTV.

Teman sebangku saya, sebut saja namanya Maing. Pernah nanya kenapa saya selalu bawain lagu itu - itu aja. Iwan Fals lagi Iwan Fals lagi. Saya bilang cuma itu yang saya bisa dan saya memang ngefans sama Iwan Fals. 

"Memang kenapa suka sama Iwan Fals, Fen ?" tanyanya

"Suka aja, lagunya beda sama lagu yang ada, Ngga melulu bahas cinta tapi bahas ketidakadilan yang ada di sekitar kita. Gue punya cita cita ketemu Iwan Fals, foto bareng plus nyanyi bareng. Dia pegang gitar gue nyanyi."

"Ah, mimpi lu kejauhan Fen !" balasnya

"Ya .. namanya juga mimpi, siapa tau bisa terwujud." jawab saya.

Siapa sangka impian itu terwujud 4 tahun kemudian di tahun 1999. Saya akhirnya bisa ketemu sama Iwan Fals. Tidak cukup sampai disitu, 10 tahun kemudian tahun 2005 saya akhirnya bisa nyanyi bareng sama Iwan Fals dimana beliau main gitar dan saya nyanyi.


Tahun 2010 ketika acara Reuni SMP, saya hampiri Maing dan berkata padanya, "Ing .. inget kan gue tahun 1995 pernah ngomong sama lu, pengen ketemu sama Iwan Fals, foto bareng dan nyanyi bareng ?"

"Ya .. gue inget .. gokil lu .. terwujud juga !" katanya.

Impian Kedua : Umrah Bersama Keluarga

Siapa yang tak ingin berkunjung ke Tanah Suci ? Saya rasa semua Umat Islam bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia punya impian pergi ke Tanah Suci baik pada musim Haji atau menunaikan Ibadah Umrah.

Di awal nikah, sekitar tahun 2006 saya sempat berjanji sama Istri. Suatu saat nanti, tempat pertama di luar negeri yang akan kita kunjungi bersama adalah Tanah Suci, bukan Malaysia, Singapura ataupun Eropa. 

Awal 2016, 9 tahun perjalanan biduk rumah tangga. Alhamdulillah berkat Rahmat Allah SWT, impian itu terwujud. Bukan hanya kami berdua tapi berempat bersama anak dan Ibu saya. 

Kalau hanya mengandalkan lembaran gaji bulanan tentu tak akan sanggup secara hitungan matematis. Tapi hidup bukan sekedar hitungan angka - angka. 


Impian Ketiga : Bertemu dengan Kiper dan Stiker Idola
 
Seperti yang sudah saya tuliskan di coretan sebelumnya, momen pertemuan saya dengan Kurnia Sandy, Legenda Kiper Timnas Indonesia. Impian yang terwujud setelah hampir 20 tahun saya pendam.

Momen yang sampai hari ini saya belum bisa move on berapa bersahabat dan ramahnya Kurnia Sandy. 

Berbarengan dengan momen itu dan atas bantuan Mas Sandy, saya juga bisa bertemu dengan salah satu Legenda Penyerang Indonesia yang kebetulan satu marga dengan saya .. Kurniawan Dwi Julianto. Ibarat pepatah, satu dua dayung, empat pulau terlampaui.



Impian Terbesar

Banyak impian impian yang belum terwujud seperti punya rumah, punya usaha, punya kendaraan. Semua butuh proses, butuh kerja keras dan butuh pertolongan Alloh SWT. 

Dari tadi yang diceritakan impian dunia mulu. Ada impian yang lain ngga ? Big Dream ? Impian terbesar dalam hidup ?

Ya jelas adalah, saya ingin masuk surga bareng keluarga dengan Ridho dan Rahmat Alloh SWT. Kenapa harus dengan Ridho dan Rahmat Alloh SWT ? Karena kalau cuma bermodalkan amalan kita tentulah belum cukup untuk masuk ke Surga-Nya. Semoga impian ini dapat terwujud nanti di Akhirat. Aamiin.

Impian selama itu gratis tetaplah berusaha untuk kita wujudkan. Tidak ada yang mustahil karena IMPOSSIBLE IS NOTHING.

Selamat mewujudkan Impian kita masing masing.





















Rabu, 12 September 2018

Coretan [ku] Tentang Legenda Timnas : Kurnia Sandy

Pagi sahabat
Di awal tahun baru 1440 Hijriah ini saya mendapatkan anugerah yang luar biasa. Salah satu impian yang terpendam hampir 20 tahun akhirnya bisa terwujudkan. Sebesar apa sih impian itu ? 

Tahun 1994 - 1996 ketika usia masih belasan dan duduk di bangku SMP, saya adalah kiper kelas tarkam dengan kemampuan biasa - biasa saja. Sempat masuk Diklat sebuah SSB di Kota Bogor tapi karena tidak ada dukungan dari orang tua akhirnya berhenti dan menjadikan sepakbola sekedar hoby saja. Sampai sekarang saya masih setia dengan posisi sebagai Kiper.

Saat itu, Kurnia Sandy adalah kiper idola saya. Siapa yang tidak kenal dengan Kurnia Sandy kala itu. Kiper pertama asal Indonesia yang bisa memperkuat salah satu tim elit asal Italia, Sampdoria. Apa saja yang berkaitan dengan Kurnia Sandy yang dimuat di koran dan majalah pasti saya gunting dan koleksi. Sayang koleksian itu hilang bersamaan renovasi rumah Bapak saya di Bogor.


Jebolan Proyek Primavera ini kemudian menjelma menjadi salah satu Kiper Terbaik Tanah Air. Aksi heroiknya di Piala Asia 1996 menjadi buah bibir. Saya waktu itu menyebutnya kiper nekad dan berani. Sejak saat itulah impian untuk bertemu langsung dengan Kurnia Sandy begitu kuat tertanam didiri saya.






Waktu terus bergulir, kekaguman saya terhadapnya tak pernah memudar. Selalu mencari bagaimana cara bertemu dengan Kurnia Sandy. Saya lupa percisnya kapan, tapi media sosial facebook-lah yang mempertemukan saya dengan Kurnia Sandy.

Ketika berselancar di facebook, saya menemukan akun dengan nama Kurnia Sandy, sempat ragu apakah ini akunnya yang asli atau bukan. Akhirnya saya add saja akun tersebut, kalau toh bukan akun asli ngga rugi juga. Beberapa hari kemudian dikonfirmasi oleh pemilik akun dan ternyata akunnya asli punya Kurnia Sandy. Beberapa kali kami berinteraksi lewat pesan inbox maupun komentar di postingan masing - masing .

Selasa, 11 September 2018. Menjadi hari yang tidak bisa saya lupakan. Bertepatan dengan Tahun Baru Islam 1440 H, saya mengirimkan pesan Wa ke Kurnia Sandy ucapan Selamat Tahun Baru Islam. Dijawab oleh beliau dan ternyata sedang mendampingi Timnas untuk laga persahabatan melawan Mauritius di Stadion Wibawa Mukti Kabupaten Bekasi. Dan akhirnya kita janjian ketemu di Hotel Grand Zuri Jababeka Bekasi tempat timnas menginap.

Pukul 19.30 saya sudah tiba di loby hotel, rombongan Timnas masih di perjalanan menuju hotel begitupun dengan Kurnia Sandy.

Tak lama berselang rombongan Timnas tiba, beberapa fans Timnas langsung menyerbu para pemain yang baru turun dari bis untuk sekedar berfoto bareng dan meminta tanda tangan di Jersey yang mereka bawa. Sosok yang saya nanti pun tiba, saya hampiri beliau dan beliau pun langsung menjabat tangan saya lalu memeluk hangat layaknya pelukan sahabat lama dan baru dipertemukan kembali. Padahal ini adalah pertemuan pertama saya dengan Kurnia Sandy, sosok yang saya idolakan sejak SMP.

"Sudah lama mas ?" Tanyanya
"Baru Mas."
"Saya keatas dulu , Mas Fendi tunggu sebentar ya !"
"Oke mas."

Menunggu kurang lebih 20 menit, beliau turun ke loby hotel menemui saya kembali.

"Mas, ngga buru - buru kan ? Saya ada pertemuan dengan staf pelatih. Mas Fendi tunggu di kamar saya saja, ini kuncinya."

Waduh, kaget saya. Sebegitu percayanya seorang Kurnia Sandy ke saya yang hanya dikenal via Facebook dan baru bertemu saat itu juga.

"Engga enak saya mas, saya tunggu di loby aja." Jawab saya.

"Ngga apa apa mas, tunggu di kamar saja."

Akhirnya saya pun bergegas menuju kamar hotel 1008. Masih terlintas di benak saya berapa bersahabatnya Kurnia Sandy. Baru kenal tapi seperti sudah kenal bertahun tahun. 

15 menit menunggu, akhirnya Kurnia Sandy datang juga. Kami pun mengobrol banyak hal. Tentang Keluarga, tentang pengalamannya di Sampdoria, tentang suka duka menjadi pesebakbola khususnya sebagai Kiper. Disela pertemuan, secara khusus saya minta tolong beliau untuk mempertemukan saya dengan Kurniawan Dwi Julianto. Dengan cepat, beliau memanggil Kurniawan yang kamarnya di depan kamar beliau. Makin senang saya ketika berjabat tangan dengan salah satu stiker Timnas Indonesia yang merupakan idola saya selain Kurnia Sandy.

Kesempatan bertemu dengan kedua idola saya manfaatkan untuk berfoto bersama dan meminta tanda tangan di Jersey yang sudah saya siapkan.

Obrolan pun berlanjut bertiga, sempat saya utarakan bahwa pertemuan dengan Kurniawan adalah bonus buat saya yang awalnya hanya janjian dengan Kurnia Sandy.

Waktu menunjukan pukul 21.30, saya pun bergegas pamit, saya jabat tangan Kurnia Sandy dan Kurniawan Dwi Yulianto. Sebelum berpisah, Kurnia Sandy memeluk erat saya kembali dan mempersilahkan saya berkunjung ke rumahnya di Sidoarjo.

Pertemuan ini menghapus dahaga impian selama hampir 20 tahun. Ini adalah pertemuan pertama kali tapi saya merasa seperti kami pernah kenal sebelumnya. Terima kasih Mas Kurnia Sandy atas sambutan hangatnya.

Sukses dan sehat selalu.













 


Minggu, 09 September 2018

Coretan [Ku] Tentang Aluna : Antara Persib, Persija dan Nyetadion

Rivalitas Persib dan Persija tentu bukan hal asing di kancah Sepakbola Nasional. Bukan cerita umum kalau kedua pendukung ini tak pernah bisa akur. Upaya damai bukan tidak pernah dilakukan akan tetapi ini ibarat air dan minyak yang seakan sulit menyatu.


Saya adalah pendukung Persib, ngga terlalu fanatik sih, sekedar suka saja karena dari kecil hegemoni Persib sebagai Tim Tatar Sunda begitu melekat dalam diri saya. Maklum saya keturunan USA (Urang Sunda Aseli)

Boleh dibilang saya itu bagian dari personel BONJOVI alias Bobotoh Lalajo di Tivi (Bobotoh Nonton di TV- red). Seumur - umur saya belum pernah liat Persib main langsung di stadion. Saya adalah bapak satu orang anak bernama Aluna Mumtaz Sahasika yang biasa dipanggil Luna, kini ia berusia 9 tahun. Adalah suatu kewajaran, sejak Luna kecil saya perkenalkan  dia dengan hal - hal berbau Persib seperti dua foto diatas saat Luna berusia kurang lebih 1 tahun (atas kiri) dan 6 tahun (atas kanan) ketika memakai jersey Persib.

Waktu berlalu. Pada suatu hari, Luna bertanya kepada saya,
"Abi suka sama Persib ?"
Saya Jawab, "Iya ..."
"Terus Bunda sukanya sama Semen Padang ya ?"
"Ya .. betul, kenapa Ndu ?"
"Kenapa Abi suka sama Persib dan Bunda suka sama Semen Padang ?"
"Mungkin karena Abi lahir di Bogor dan Bunda lahir di Padang jadi suka sama Semen Padang."
"Oh .. kalau begitu karena Una lahir di Jakarta maka Una suka sama Persija !!!"
"Haaa ... serius ??"
"Iya .. serius, Luna kan The Jak !!!"

Dug .. serasa di hantam sesuatu, kaget. Bocah yang digadang - gadang menjadi bagian dari penggemar Persib Bandung (walaupun Bundanya fans dari Semen Padang) ternyata memilih Persija sebagai klub favoritnya. 

Awalnya saya menganggap itu biasa saja, karena kami tinggal di Bekasi dan teman main Luna kebanyakan suka sama Persija jadi (mungkin) kebawa suasana pertemanan saja. Tapi lama kelamaan kesukaannya kepada Persija makin menjadi - jadi. Setiap kali Persija bermain dan ditayangkan live di TV, Luna yang tadinya jarang nonton siaran langsung pertandingan sepakbola jadi getol nonton. Teriak - teriak ketika Persija menciptakan gol. Apalagi ketika Big Match Persib vs Persija digelar, dimana kala itu Persib harus mengakui keunggulan tuan rumah Persija 1 - 0. Dengan puasnya Luna mengejek saya. hehehehe.  Keinginannya  nonton Persija langsung di stadion pun sempat ia utarakan ke saya. Saat itu saya belum mengiyakan karena  berbagai hal.

Selepas gelaran ASIAN GAMES, Persija menggelar ujicoba melawan Selangor di Stadion Patriot Candrabaga Kota Bekasi. Ketika saya ceritakan ke Luna, dia antusias ingin nonton langsung di stadion. Saya berpikir ini hanya partai ujicoba tentu atmosfernya ngga sesengit laga di kompetisi, atas dasar itulah akhirnya saya mengabulkan keinginannya. Kamis, 6 September 2018. Saat yang dinanti tiba. Inilah pertama kali Luna nyetadion nonton tim favoritnya main. Walau Istri saya sempat khawatir terjadi hal hal yang tidak diinginkan, akhirnya kita berangkat juga. 

Saya sementara waktu harus mengesampingkan "ego" saya sebagai pendukung Persib demi kebahagiaan anak saya. Aura senang dan bahagia bisa nonton Persija langsung tergambar jelas di wajahnya. Sorak sorai The Jakmania di dalam stadion membuat atmosfer pertandingan begitu dinikmati oleh Luna. Beberapa kali Luna teriak .. "Abi .. itu Riko .. Abi itu Mario Simic !!!!"

Sesekali saya foto gayanya, rupanya dia tertarik juga untuk memfoto suasana di Stadion. Saya hanya mengarahkan angle yang bisa dipotret, saya biarkan dia berekspresi. Ketika Persija tertinggal oleh Selangor, seluruh The Jakmania menyanyikan sebuah lagu dan herannya Luna hafal lagu tersebut. Bingung siapa yang ngajarin ???

Saat pemain idolanya Mario Simic menyetak gol penyeimbang kedudukan lewat gol pinalti, Luna tertawa keras, berteriak senang seraya menggibaskan syal yang dibeli sebelum masuk stadion. Horeeee .. Mariooo Simiiiiccc !!!!"

Tiba - tiba terdengar suara letusan di luar stadion, perasaan saya mulai ngga enak. Benar dugaan saya rusuh antara oknum pendukung yang tidak punya tiket tapi ingin masuk dengan aparat kepolisian. Wah .. rusuh nih pikir saya. Luna menangkap kegelisahan di wajah saya, "Kenapa Abi ?" Saya menjawab "Ngga apa - apa .. ayo kita lihat aja pertandingannya lagi !"

Menjelang menit akhir, gawang Persija yang dijaga oleh Shahar Ginanjar kembali kemasukan. Tersirat kekecewaan di wajah Luna. "Yaaaa .. kebobolan, kalah ya Bi ?". Saya jawab, "Kemungkinan Lun, kan udah mau udahan."
Suasana diluar Stadion masih ramai, beberapa kali tembakan gas air mata oleh Polisi terdengar. Saya coba melihat sekilas di Tribun VIP, nampak Oknum Suporter di luar Stadion melepas batu ke arah stadion. Terus terang saya agak khawatir, tapi biar bagaimana pun saya sadar bahwa kepanikan saya tidak boleh terlihat oleh Luna, kalau saya khawatir dan panik tentu tidak akan rasional dalam bertindak. Stay Cool walau hati dag dig dur der !!!! Saya mengajak Luna duduk kembali di Tribun VIP sambil menunggu suasana tenang.

Sekitar 20 menit, saya tertahan di dalam Stadion. Setelah kondisi aman, saya akhirnya beranjak pulang keluar dari Tribun VIP Barat. Saya dan Luna berjalan ke arah parkiran dekar SMA Negeri 2 Bekasi, nampak bekas gas air mata dan batu bertebaran di jalanan.

Tiba - tiba Luna bilang ke saya sambil mengucek matanya , "Abi mata Una kok perih ?" Waduh jangan - jangan kena sisa gas air mata. Saya berlari mencari penjual air mineral dan saya suruh Luna membasuh ke wajahnya. "Masih perih ?" tanya saya. "Dikit Abi." Jawabnya. Saya percepat langkah menuju tempat parkir motor dan bergegas pulang. Nampak raut lelah di wajah Luna. Mudah - mudahan dia tidak trauma dengan kejadian yang baru dialami.

Esok paginya saya tanya tentang pengalamannya nyetadion. Luna bilang senang tapi kecewa Persija kalah dan matanya perih. "Kenapa sih harus ribut Abi ? Kok orang - orang di luar stadion lempar lempar batu, kenapa ? Kan mereka suka sama Persija, kok begitu ?"

Sepanjang perjalanan ke sekolahnya pertanyan - pertanyaan itu dia tanyakan ke saya . Pertanyaan - pertanyaan yang tidak bisa saya jawab. Ketika sampai di halaman sekolahnya, saya bertanya , "Gimana, kapok nonton Persija langsung ?"

"Ngga .. kalau Persija main di Bekasi lagi, Una pengen nonton lagi !, Boleh ya Abi ???"

Alih - alih kapok atau trauma ternyata Luna malah ketagihan nyetadion. Saya anggukan kepala saya .. "Insya Alloh !"

--
NB. Beberapa foto hasil jepretan saya & Luna.