Minggu, 16 Juli 2017

Catatan [ku] Tentang Perjalanan Balik : Menembus [Kembali] Jalur Lintas Tengah Sumatera

Waktu bergulir cepat sekali yaa ?? 10 hari di kampung halaman itu tidak terasa. Tahu - tahu sudah harus dihadapkan kembali dengan rutinitas sehari - hari.  Perjalanan Mudik begitu mengesankan, beberapa kali saya berkomunikasi dengan members Kaskuser Road To Sumatra di Grup WA terkait jadwal perjalanan kembali ke Bekasi.

Saya dan istri Alhamdulillah bisa menambah waktu libur sehingga kami memutuskan pulang kembali ke Bekasi pada hari Minggu, 2 Juli 2017. Dari sekian members ternyata hanya 1 orang yang jadwalnya berbarengan .. siapa ayoo ??? hehehe .. betulll Om Werry teman satu kampung. Seperti yang saya pernah tulis sebelumnya, saya dan Om Werry satu kampung halaman di Batusangkar.

Duet Balik OM Werry (Kiri) dan saya : #RTS33 & #RTS99
Perjalanan panjang ini kami sepakati pukul 08.00 WIB dengan titik kumpul di Pasar Sungai Tarab. Dua Mobil, Dua Keluarga, Tanggal Dua, "Nomor Punggung" Double 3 dan Double 9. Wahhh .. uniknya Grup Kami .. (eh berdua bisa disebut Grup kan ????) hehehehhee ...

Ready To Go
Hari yang [tidak] dinanti akhirnya tiba .. hikss sediiihh euyyy, Om Werry via chat Whatapps meminta izin memundurkan waktu ke jam 09.00 WIB karena masih ada keperluan keluarga. Setelah berpamitan kepada keluarga besar, kami bergegas menuju Pasar Sungai Tarab. Oh yaa .. perjalanan balik ini saya menyetir sendiri karena adik ipar saya tidak bisa ikut karena langsung terbang ke kota Palu untuk memulai aktivias pekerjaan di hari Senin.

Setelah menunggu beberapa saat, Nissan Grand Livina dengan "No Punggung" RTS 33 melintas di depan kami lalu berhenti. Kami berkoordinasi sejenak dan menyepakati Om Werry yang memimpin perjalanan panjang ini. Om Werry mampir sebentar ke Pasar Batusangkar untuk berpamitan kepada keluarganya. Pukul 10.00 WIB kami berangkat melalui arah Sijunjung (jalan alternatif dari Batusangkar menuju Jalur Lintas Sumatra) sehingga tidak melewati Kota Solok. Membuntuti RTS 33 memang sungguh asyik, di Gunung Medan kami rehat sejenak karena ada beberapa anggota keluarga yang ingin buang air kecil. Jalanan lintas Sumatra sudah mulai ramai dengan kendaraan pemudik, ditambah truk - truk sudah diperbolehkan melintas kembali sehingga beberapa kali saya dan Om Werry bermanuver menyusul truk.

Truk sudah mulai beroperasi

Pukul 15.00 WIB kami tiba di Kota Bangko, kami putuskan untuk istirahat di Masjid Raya Bangko, menunaikan sholat Jamak dan menikmati makan siang. Woww sungguh nikmat dua keluarga menyatu sambil menawarkan makanan yang kami bawa dari rumah masing - masing.

Rehat Pertama di Masjid Raya Bangko
Setelah dirasa cukup, kami pun melanjutkan perjalanan yang kami rencanakan ingin bermalan di Muara Enim. Jalanan setelah Bangko menuju Lubuk LInggau adalah etape favorit dimana jalanan lurus membentang sepanjang hampir 200 km. Kita bisa menggeber mobil sekuat-kuatnya asalkan dengan perhitungan, Di etape inilah saya banyak diajarkan bermanuver, "ngebut" oleh Om Werry. Anak dan keponakan di mobil pun tertawa girang karena melihat saya bisa membawa mobil ngebut seperti Mamak-nya pada saat arus mudik. Hasrat terus "ngebut" agak kami tahan karena melihat kecelakan di jaluru Soralangun menjelang waktu magrib.

Selepas Magrib kami sudah memasuki Kota Lubuk Linggau, kaki dan mata rasanya tidak kuat untuk melanjutkan sampai ke Muara Enim. Saya dan Om Werry lalu berhenti di Pempek Familidin sayang tempat yang kami tuju sudah tutup. Saya menawarkan ke Om Werry untuk menginap saja di Lubuk Linggau lalu memulai lagi perjalanan esok hari. Alhamdulillah Om Werry pun menyetujui karena dari awal kita ingin menuntaskan perjalanan ini bersama - sama (deeuuuhh soulmate .. yeee).  Om Werry memilih Hotel Hazmas Taba Syariah yang tarif per malamnya sekitar mulai dari Rp. 225.000 (kalau saya tidak salah ingat). 

Karena niatan makan pempek sudah terpatri di sanubari kami masing - masing, baik keluarga saya maupun keluarga Om Werry, akhinya kami menyambangi warung pempek yang direkomendasi oleh Petugas Hotel. Alhamdulillah nemu dan rasanya pun tidak terlalu mengecewakan. Setelah itu kami kembali ke hotel dan beristirahat.

Senin 3 Juli 2017
Pagi selepas shalat Subuh kami sudah berkemas, Om Werry kembali memimpin perjalanan menuju Bakauheuni. Pukul 07.00 WIB Setelah Sarapan kami pun langsung cuss meninggalkan Kota Lubuk Linggau. Hari Senin ini aktivitas orang bekerja sudah dimulai sehingga jalanan agak sedikit padat terutama di kantor - kantor pemerintahan dan swasta dan truk - truk pun sudah mulai "menjajah" jalanan.

Halaman Hotel




Pukul 11.30 WIB kami sudah memasuki Kota Lahat, awalnya kami ingin makan di RM Talaga Biru, tapi karena masih agak siang kami putuskan untuk melanjutkan saja perjalanan ini, Alhamdulilah cuaca cerah. Jalanan dari Lahat menuju Baturaja agak sedikit "menyiksa" karena beberapa kali kami harus berjibaku melawan truk - truk yang berjalan lambat bagai kura - kura tapi tak mau mengalah. Om Werry sempet frustasi dan memilih istirahat sejenak untuk sholat Dzuhur. Saya memberi semangat ke Om Werry agar kita melawan saja truk - truk itu ... hehehehe. Ehh  .. nasehat saya dijadikan sugesti oleh Om Werry, beberapa kali NIssan Grand Livina-nya "ngebut" ketika melibat truk, saya pun akhirnya terpacu mengejar, di satu kesempatan kami menyusul 1 truk dan 6 mobil di tanjakan sekitaran daerah setelah Simpang Meo, wahhh memicu adrenalin dah !!! Untuk menghilangkan ketegangan kami sempat membeli duku yang rasanya tidak membuat kecewa, manis dengan biji yang relatif kecil. 

"lawan !!!"

"truk"
Wah .. perut mulai keroncongan, kami lupa janjian untuk mencari rumah makan. Pasukan di mobil sudah teriak ... makaaann .. laperrrr !!! Saya kontak Om Werry untuk mencari Rumah Makan Padang menjelang Baturaja. Pukul 15.00 WIB kami singgah di RM Roda Baru Baturaja. Alhamdulillah cocok dilidah, perut dan yang pasti kantong. Tak lama setelah makan, kami mampir di sebuah SPBU karena keluarga Om Werry belum menunaikan sholat Ashar. SPBU ini lumayan besar dan bersih. Kami pun berfoto dengan semua anggota keluarga.


Keluarga Om Werry & Keluarga Saya

Om Werry & Keluarga

Kelurga saya & Kakak Ipar

Selepas Baturaja kami dihadapkan pada jalanan yang rusak, bergelombang dan berlubang, perlu kehatian - hatian melintasi jalan antara Baturaja - Martapura. Ditambah truk - truk yang semakin banyak. Di daerah Way Kanan, kami melihat ada kecelakaan antara Truk Box dengan Mobil Innova. Dua kendaraan itu sepertinya bertubrukan pas tikungan, saya tidak tahu apakah ada korban meninggal atau tidak tapi kejadian ini membuat jalanan sedikit terhambat. Saya dan keluarga berdoa agar kami diselamatkan sampai rumah di tujuan.


Kendaraan Truk yang mengalami kecelakaan di Way Kanan

Innova

Imbas Kecelakaan

Pukul 19.00 WIB kami tiba di Martapura, kembali kami beristirahat untuk menunaikan sholat. Selepas sholat, Om Werry mengatakan akan mampir ke saudaranya di Rajabasa, dan memberikan keleluasaan kepada saya untuk meneruskan perjalanan atau ikut menginap. Dikarenakan selasa pagi saya harus sudah beraktivitas, saya dan keluarga pun memilih melanjutkan perjalanan ke Bekasi. Kami pun kembali melanjutkan "konvoi" sampai Bandar Lampung.

Saat perpisahaan dengan Om Werry akhirnya tiba, kami berpisah di SPBU di daerah Bandar Lampung, konvoi selama 2 hari pun akhirnya berakhir dengan sukses, saling komitmen tidak terpisahkan. Kami saling berpamitan, istri saya menyalami istri Om Werry saling mendoakan agar masing - masing selamat di tujuannya.


Salam Perpisahan Saya & Om Werry

Selepas berpisah dengan Om Werry, saya tancap gas menuju Bakauheuni. Pukul 01.30 saya sudah hampir tiba di Pelabuhan Bakauheni, sayang kami terjebak macet karena ada 2 kendaraan besar yang mengalami masalah. Satu Buah Bis Mogok di jalur masuk Pelabuhan dan 1 truk mogok tidak kuat menanjak selepas keluar di Pelabuhan. SEMPURNA !!! Hampir 1 - 1,5 jam kami tertahan agak lama sebelum masuk Pelabuhan.

Pukul 03.00 kami tiba di Dermaga 3 (kalau saya tidak salah ingat), berbarengan dengan puluhan truk pengangkut hasil bumi Sumatra yang akan dibawa ke Pulau Jawa. Pukul 04.00 WIB kami akhirnya naik ke Kapal Panorama Nusantara. Berbeda dengan waktu menyebrang ketika mudik yang fasilitasnya gratis, dikapal ini kami dikenakan biaya Rp. 10.000/orang untuk dapat duduk di kursi penumpang dekat restoran kapal. 

Menjelang Masuk Kapal


Pukul 06.00 WIB kapal bersandar di Pelabuhan Merak, ah .. akhirnya saat yang [tak] dinantikan tiba, perjalanan panjang dengan segala keindahan alamnya, suasana kampung halaman yang begitu mempesona perlahan hadir diingatan.


Menjelang Bersandar

Pintu Tol Merak
Pukul 09.30 WIB Alhamdulilah, kami akhirnya tiba di Bekasi dengan selamat. Saya mengucapkan terima kasih kepada Om Sony selaku Ketua Rombongan (https://azraziana.blogspot.co.id,) Om Werry atas konvoi berkesannya ketika balik ke Bekasi plus jamuannya di Kopi Kawa Daun Rao Rao, De Fikri - Om Ady - Om Vedri temen konvoi ketika pulang ke kampung halaman, dan semua members  Kaskuser Road To Sumatra yang sudah mempercayai saya untuk memproduksi Kaos Mudik Road To Sumatra tahun 2017 ini, semoga Kaos yang saya buat memberikan kepuasan kepada seluruh members. 
Semoga tahun 2018 kita bisa kembali bersama Road To Sumatra Jilid 4 !! Amiin.

Kaos RTS 2017 yang diproduksi oleh K3 - Kios Kaos Komunitas

Rekap Pengeluaran Balik
1. BBM Rp. 780.000 dengan rincian :

  • Batusangkar = Rp. 250.000
  • Bangko = Rp. 100.000
  • Linggau = Rp. 160.000
  • Baturaja = Rp. 200.000
  • Merak = Rp. 70.000
(sampai rumah sisa 1/4 tangki)

2. Penginapan = Rp. 375.000
3. Penyebarangan = Rp. 374.000
4. Makan dan lain - lain = Rp. 450.000

Total = Rp. 1.979.000 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar