Senin, 08 Oktober 2018

Coretan [Ku] Tentang Film Liam & Laila : Cinta, Adat & Agama - Napak Tilas

Kurang lebih seminggu yang lalu, saya melihat trailer film Liam & Laila. Yang membuat saya tertarik dengan film ini karena ceritanya mengangkat Budaya Minangkabau. Wah .. wajib nonton nih. Setelah beberapa kali lihat jam tayang film ini di 21cineplex, akhirnya minggu malam saya dan keluarga nonton film ini.

Alur ceritanya gimana ? Nah ini sinopsis yang saya dapat dari hasil googling

"Menjunjung tinggi kebudayaan, merupakan bagian dari keluarga besar Laila. Apalagi, Laila berasal dari Sumatera Barat yang dikenal selalu mampu mewariskan budayanya turun-temurun.
Salah satunya adalah tradisi menikah. Laila siap “dilangkahi” oleh adiknya Pian (Praz Teguh) yang akan segera menikah. Nah, karena keluarga Laila masih menjunjung tinggi budaya, Pian belum bisa menikah sebelum kakanya, Laila yang menikah.
Meskipun begitu, ada seseorang yang menyukai Laila. Namanya adalah Liam (Jonatan Cerrada). Berkenalan dengan Laila melalui media sosial Facebook, Liam kemudian pelan-pelan jauth hati pada Laila.
Untuk membuktikan kesungguhannya Liam bahkan rela menjadi seorang muslim dan mulai serius mempelajari Islam. Sayangnya, sudut pandang keluarga besar Laila masih mengatakan “tidak” untuk Liam.
Salah satunya adalah permasalahan perbedaan kebudayaan. Namun, Liam tidak menyerah. Apalagi Liam mendapatkan bantuan dari Jamil (David Chalik), yang secara pelan-pelan mengajar Liam tentang Islam bahkan menuruhnya untuk disunat.
Meski Liam mempelajari Islam, mampukah ia menyatukan cintanya dengan Laila?"

Trus, akhirnya bagaimana ? kalau yang ini silahkanlah teman - teman nonton langsung, kalau ada teman - teman yang berasal dari Minangkabau pasti jadi taragak pulang. Yang menarik hampir 75 % dialog di film ini menggunakan bahasa Minang, wah bingung donk ?? Hehehe .... jangan khawatir ada terjemahannya kok.

Menonton film ini seperti menapaktilasi "perjuangan" saya ketika akan mempersunting Gadis Minang yang kini menjadi Emak dari anak saya Aluna. Saya yang sunda tulen merasakan  bagaimana susahnya "menyakinkan" keluarga besarnya. Butuh waktu 3 tahun sampai akhirnya restu ini kami dapatkan.

Itulah istimewanya Orang Minang, salah satu suku yang masih memegang erat agama dan tradisi dalam memutuskan sesuatu, semua kembali ke keluarga besarnya. Alhamdulillah proses itu sudah pernah saya alami.

Oh ya .. bonusnya saya dan keluarga nonton film ini adalah bertemu dengan para pemain, sutradara dan produsernya. Wuih .. ngga salah pilih jadwal nonton.






Ditengah maraknya film horor dan film percintaan remaja yang ceritanya kadang membuat kita mengelus dada. Film Liam dan Laila menjadi sebuah oase, film yang menurut saya layak untuk ditonton bareng keluarga.

1 komentar:

  1. Wah mirip om... saya 100persen jawa,, istri minang tulen... hehe... semoga th depan bisa konvoi bareng rts mudik ke bukittinggi

    BalasHapus